Bab [13]

393 71 9
                                    

[13] 𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[13] 𝙉𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙣

Happy Reading!

***

Julian membawanya ke lorong yang cukup aman dan jauh dari meja kawanan anak kudanil itu. Lalu ia melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Caca. Gadis itu mengusap-usap pergelangan tangannya yang kebas karena digenggam terlalu erat. Padahal dia nggak akan kemana-mana juga.

Caca takut-takut menatap wajah Julian di antara remang-remangnya penerangan Bar. Bisa dia lihat wajah Julian masih agak mengeras karena emosi yang tersisa.

Caca kini merasa seperti anak kucing yang ketakutan saat bertemu kucing besar dan garang alias Julian. "Makasih udah nolongin gue." ujarnya pelan.

Julian menatap Caca tanpa ekspresi, tapi bisa dilihat ada sedikit rasa khawatir di matanya. "Jaga diri lo."

Usai mengucapkan tiga kalimat itu, Julian pergi begitu saja. Meninggalkan Caca yang menatap cowok itu bingung.

"Sumpah nggak jelas banget ih kesel!!" kaki jenjang Caca menginjak-injak lantai kesal. Tetapi sedetik kemudian ia berhenti. "Tapi kalau nggak ada dia juga nggak tahu deh nasib gue gimana..."

"Tapi kenapa harus ketemu lagi disini, sih?!"

***

"Lo nggak balik?" Zevon bertanya dari dalam Van yang sudah diisi oleh Dean dan Calleb. Sementara Julian malah diam, tidak segera masuk. Padahal Zevon sudah rindu berat dengan kasurnya.

Julian menggoyangkan ponselnya yang menunjukkan pesan percakapan antara dia dan sang Ibu yang meminta anak laki-lakinya untuk pulang ke rumah. "Gue disuruh balik ke rumah. Besok gue ke Asrama."

Zevon terkekeh dan mengangguk.

Julian melambaikan tangannya mengantar kepergian mobil Van berisi anggota timnya.

Tidak lama setelah Van tim-nya meninggalkan lobby Bar, sepuluh menit kemudian mobilnya yang dikendarai oleh sopir keluarganya datang.

"Pak Ridho apa kabar?" sapa Julian pada Pak Ridho, sopir keluarga yang sudah bekerja sejak Julian masih remaja.

"Baik, Mas. Alhamdulillah. Selamat ya Mas Ian atas kemenangannya. Keren tenan Mas Ian ini sama teman-temannya. Bapak buanggaa banget!"

Julian tersenyum lebar dan tertawa ringan. "Makasih, Pak. Kerja keras Ian sama yang lain berbuah hasil."

Pak Ridho memberikan kedua jempol tangannya. "Usaha nggak akan pernah mengkhianati hasil, Mas! Kalau memang belum berhasil, pasti rencana Tuhan yang lebih baik itu ada."

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang