KANTIN RS. HARAPAN SEHAT"Jadi, kamu kapan pulang, Ndre?" tanya Elia sembari memfokuskan matanya melihat Andreas yang begitu lahap menyantap makan siangnya di kantin rumah sakit.
"Tadi pagi. Niatnya aku mau kasih kamu kejutan, eh malah lihat kamu lagi sama laki-laki lain," celetuk Andreas tanpa menolehkan kepalanya sedikit pun, membuat perasaan Elia tersentil tidak enak.
"Kamu cemburu, Ndre?" tebak Elia dan membuat Andreas akhirnya menghentikan kunyahannya lalu meletakkan sendok ke atas piring makan. Andreas mengubah posisi duduk dengan cara mengenyampingkan sedikit badannya menghadap Elia yang kini melihatnya dengan raut wajah tanpa berdosa.
"Elia sayangku, dengar ya, aku itu bukan cemburu tapi aku sedang melindungi dan menjaga kedaulatan wilayahku sendiri dari ancaman musuh yang sedang memantau bahkan siap menyerang di saat aku lengah."
Elia menaikkan kedua alisnya mendengar penjelasan panjang lebar dari Andreas yang sangat berbelit-belit. Elia tidak langsung membalas perkataan Andreas, dia hanya melotot menatap Andreas seraya menopang dagunya dan itu membuat Andreas merasa geram.
"Kamu paham ngga sih, El? Kok malah liatin aku?" rungut Andreas memasang wajah kesal.
Elia mengangguk berkali dan baru membalas perkataan Andreas.
"Ndre, kenapa kata-kata kamu tadi terlalu panjang? Kenapa ngga kamu persingkat saja dan bilang kalau kamu cemburu dengan Rendi dan kamu sedang insecure sama diri kamu sendiri saat ini."
Andreas mendengus sebal. Dia memutar kembali tubuhnya untuk kembali melanjutkan makannya yang tertunda dengan perasaan dongkol kepada Elia.
"Lagi pula, kamu lucu kalau cemburu sama Rendi. Rendi itu gay," bisik Elia membuat Andreas tersedak.
"Gay?" pekik Andreas tak sadar kalau beberapa sorot mata kini sedang mengarahkan pandangannya pada mereka berdua.
"Berisik," desis Elia seraya membungkam mulut Andreas menggunakan telapak tangannya dan langsung ditepis kasar oleh Andreas.
"Aku ngga yakin kalau dia itu gay, El. Bisa saja itu hanya alasannya berpura-pura menjadi gay agar bisa berdekatan dengan kamu dan Rania," tuding Andreas.
"Tapi aku yakin, Ndre," dalih Elia dengan sangat yakin dan membuat kedua mata Andreas memicing menatap Elia curiga.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" tanya Andreas.
"Tebakanku aja sih. Soalnya selama aku kenal dia di kampus, aku ngga pernah liat dia berpacaran atau deket sama lawan jenis," ungkap Elia membuat Andreas semakin merasa jengah.
Andreas kembali memutar tubuhnya. Dia menangkupkan kedua tangannya pada wajah mungil Elia lalu sedikit menggerakkan wajah perempuan berponi itu ke kiri dan ke kanan dengan perasaan gemas.
"Elia sayangku, cintaku, negaraku. Laki-laki yang ngga pernah keliatan dekat dengan perempuan itu bukan berarti dia Gay, Sayangku.
"Kamu tahu, si Alvino itu selama aku kenal sama dia, ngga pernah sekali pun dia tertarik sama perempuan mana pun. Mulai dari Desi yang bohay sampai Aisyah yang alim, semua ngga ada yang dilihat sama Alvino, bahkan dilirik aja ngga pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE ROSE (Sequel Of Black Rose) (END)
RomanceCerita ini merupakan Sequel dari Black Rose (Perjalanan cinta antara Alvino dan Rania setelah mendapatkan restu dari Emil Pratama) "Lalu, kamu maunya bagaimana, Rania? Kamu mau mengakhirinya hanya karena profesiku ini?" "Nyatanya profesimu terlalu s...