SALAH PAHAM (11)

107 17 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Rania?"

Rania segera menyingkirkan tangan Rendi dari atas kepalanya. Sebenarnya dia ingin sekali menolak sentuhan tangan Rendi tapi tubuhnya terlalu lemah, akhirnya dia hanya bisa memiringkan sedikit kepalanya sebagai bentuk penolakan yang tidak disadari oleh Rendi.

"Vino," panggil Rania terkejut karena kedatangan Alvino dan Andreas secara tiba-tiba.

"Maaf, Anda berdua siapa? Kenapa main masuk ke kamar pasien tanpa mengetuk pintu terlebih dulu." Rendi mengarahkan pandangan tidak suka pada Alvino dan Andreas.

"Seharusnya saya yang bertanya, Anda siapa? Kenapa lancang sekali menyentuh rambut calon istri saya?" balas Alvino sembari membuka masker hitamnya.

Terlihat keterkejutan dari raut wajah Rendi saat Alvino mengatakan Rania adalah calon istrinya. Selama ini dia sangat penasaran seperti apa pria yang berhasil diterima oleh Emil. Rupanya, pria itu adalah pria yang pernah dia lihat di pesta peresmian bisnis ayahnya dan juga Emil.

"Vin, udah. Rendi di sini karena habis tolongin aku," bela Rania untuk Rendi.

Rendi tersenyum puas sekaligus mengejek kepada Alvino yang semakin geram.

Di sebelah Alvino, Andreas hanya diam mendengarkan lalu setelahnya dia berbisik ke dekat telinga Alvino, "Al, gue keluar dulu. Mau cari Elia."

Alvino dan Rendi masih saling melemparkan tatapan kebencian. Sampai akhirnya dokter yang tadi memeriksa Rania masuk membawa hasil Lab dan membuyarkan pertarungan mata antara Alvino dan Rendi.

"Bagaimana dok hasil darah Rania?" Rendi langsung mengambil langkah cepat mendekati dokter sebelum didahului oleh Alvino.

"Syukurlah, Ibu Rania negatif tipes. Kemungkinan selama beberapa hari kemarin, Ibu Rania pola makannya tidak teratur dan sembarangan. Benar begitu, Bu?" selidik dokter dan mendapatkan anggukan pelan dari Rania.

Rania melirik ke arah Alvino yang tengah melotot kepadanya dengan perasaan takut.

"Lain kali, makannya harus teratur dan jangan yang sembarangan ya, Bu." Nasihat dokter sebelum dia menyerahkan surat hasil lab ke tangan Rendi.

"Terima kasih, dok," ucap Rendi.

"Anda sebagai kekasih Ibu Rania, harus lebih memperhatikan kondisi Ibu Rania, Pak," goda dokter berniat ingin melemparkan lelucon kepada Rendi, tapi siapa sangka kalau ucapannya itu sudah menyinggung hati Alvino yang berada di situ.

"Dok, Anda salah. Kekasih saya yang itu." Rania meralat dugaan dokter dengan menjulurkan telunjuknya ke arah Alvino.

Melihat wajah Alvino yang tampak familiar, membuat dokter harus mengingat-ingat akan satu hal.

"Eh, kalau ngga salah, Anda pengawalnya Ibu Rania dulu, kan? Wah, maafkan saya kalau begitu. Saya pikir, Bapak ini yang kekasih Ibu Rania –dokter menunjuk pada Rendi—Maafkan saya kalau begitu." Dokter tersebut tertawa canggung.

PURPLE ROSE (Sequel Of Black Rose) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang