KEBAHAGIAAN (7)

122 15 0
                                    

Malam semakin larut dan hiruk pikuk gelak tawa dari beberapa tamu undangan masih mendominasi ruangan venue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam semakin larut dan hiruk pikuk gelak tawa dari beberapa tamu undangan masih mendominasi ruangan venue. Walaupun puncak acara inti sudah tuntas digelar, rupanya acara hiburan masih terus berlanjut.

Emil bersama dengan Alvino segera mendatangi meja yang masih di isi oleh Rania, Andreas, dan Elia yang sudah menanti mereka sejak tadi. Terlihat sekali ketegangan dari air wajah Rania saat melihat dua pria yang dulu sempat bersitegang itu dan kini sedang jalan beriringan mendekat.

"Ran, kira-kira kali ini Om Emil bilang apa lagi sama Alvino?" bisik Elia membuat hati Rania semakin berkecamuk. Rasanya mereka berdua itu berjalannya sangat lambat sekali.

"Aku ngga tahu. Semoga ngga terjadi apa-apa," balas Rania dan di amini oleh Elia.

"Kalian sudah makan?" tanya Emil ketika sudah berada di tengah-tengah Rania dan yang lainnya.

"Sudah, Yah."

"Sudah, Om."

"Sudah, Tuan."

Jawab Rania, Elia, dan Andras secara bersamaan.

Emil mengangguk lalu mengarahkan Alvino untuk menempati kursinya.

"Kamu duduk di samping Rania." Tunjuk Emil pada sebuah kursi kosong persis di sebelah Rania.

Melihat interaksi tenang dan santai antara Alvino dan Emil, tentu saja merupakan pemandangan yang sangat langka bagi Rania. Di mana selama ini dia selalu melihat ayahnya kerap memasang wajah penuh kebencian pada Alvino. Namun, malam ini seolah semua luntur, semua nampak berbeda.

"Vin, Ayah ngga marahin kamu, kan?" bisik Rania di dekat telinga Alvino saat pria itu sudah mendaratkan bokongnya.

Mata Emil langsung menangkap gerak gerik mencurigakan dari Rania. "Apa yang kamu bisikkan pada Alvino, Rania?"

"Ah, ngga ada, Yah. Rania hanya bertanya, apa Alvino sudah makan," jawab Rania berdusta.

"Kamu pikir Ayah tidak tahu?" desis Emil tajam. "Kamu kira Alvino mu itu akan Ayah pukuli lagi?" lanjut Emil mengintimidasi Rania.

Nyatanya mendengar ucapan Emil, Alvino justru tertawa terkekeh dan mengusap lembut pucuk rambut Rania sembari berkata, "Ngga perlu khawatir, Sayang. Aku dan ayahmu baik-baik saja. Lihat, wajahku ngga ada yang bonyok, kan?" Alvino mendekatkan wajahnya pada Rania.

"Beneran?" Rania merasa ragu dan tidak percaya dengan ucapan Alvino.

"Kamu ngga percaya sama Ayah, Rania!" tuding Emil memasang wajah garang. Rania seketika tertunduk lalu menggeleng pelan. Elia dan Andreas yang melihat kejadian itu hanya bisa menyunggingkan senyum penuh arti dan saling melemparkan tatapan lega karena apa yang mereka takutkan nyatanya tidak terjadi.

***

Kedatangan Utama Sanjaya bersama dengan anaknya, Rendi Utama di tengah-tengah Emil, Alvino, Rania, dan yang lain cukup membuat suasana hati Alvino dan Andreas berubah menjadi buruk. Bukan tanpa sebab, karena kehadiran Rendi di antara Rania dan Elia sudah mencuri perhatian kedua wanita yang kini berstatus sebagai kekasih mereka.

PURPLE ROSE (Sequel Of Black Rose) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang