3 Bulan kemudian, JULI 2023
Seorang pria berlari kencang ke arah temannya yang kini sedang berdiskusi dengan rekannya yang lain.
"Alvino tertangkap!"
"APA?"
Satria baru saja menyampaikan berita penangkapan Alvino kepada kedua rekannya, Andreas dan Ruben. Seketika raut keduanya langsung menunjukkan keterkejutan yang sangat tidak masuk akal.
"Ngga mungkin Alvino bisa tertangkap," sanggah Ruben tak percaya dengan apa di sampaikan Satria di mana keadaannya sudah basah kuyup akibat banyaknya keringat yang keluar dari sela-sela kulitnya dan nafas yang tersengal-engal.
Namun, berbeda dengan Andreas, mendengar Alvino tertangkap oleh musuh, tanpa banyak tanya lagi tangan kerasnya langsung dia daratkan mengenai wajah Satria.
"Terus lo kenapa bisa ada di sini? Kalian bertugas bersama-sama, kenapa hanya Alvino yang tertangkap. Lo kabur?" tuding Andreas marah.
Satria menggeleng cepat seraya menyeka darah yang ada di sudut bibirnya. "Alvino suruh gue balik dan kasih kabar ke kalian. Sementara dia berhasil di tangkap."
Andreas meraup wajahnya dengan rasa frustasi dan emosi.
"Tolol! Lo bisa kabarin kita pake alat yang ada di jam lo," umpat Andreas sudah tidak bisa menahan emosinya. Andreas ingin sekali menghajar rekannya itu.
"Udah, Ndre. Sekarang lebih baik kita beri tahu pusat untuk mengerahkan anggota yang lain. Suruh mereka susul kita ke lokasi target," usul Ruben mencoba tetap berpikir tenang.
"Lo bener, Ben ... Sat, lo telepon pusat sekarang. Kirimin lokasi para bajingan itu!" perintah Andreas.
Selanjutnya, mereka bertiga dengan membawa perlengkapan masing-masing langsung menyerbu ke lokasi target, untuk melakukan penangkapan dan penyelamatan terhadap Alvino.
***
Di dalam gudang kosong yang sudah tak terpakai. Tercium aroma menyengat berasal dari sampah menumpuk dan bangkai hewan yang berserakan di sekitarnya. Beberapa orang terlihat tengah memukuli seorang pria di mana tangan dan kakinya terikat serta tubuhnya yang menggantung dengan posisi terbalik tanpa mengenakan pakaian atas. Pria bertelanjang dada yang kini kondisi tubuhnya sudah tidak berdaya dengan banyaknya luka dan darah yang menjalar di sekujur tubuhnya, adalah Alvino Bagaskara.
Di dekatnya, berdiri tegap pria berpakaian serba hitam dengan cerutu di bibirnya yang terus mengeluarkan kepulan asap. Pria itu memandang Alvino dengan sorot mata remeh. Tanpa belas kasihan, dia terus memerintahkan anak buahnya untuk memukuli Alvino sampai keluar satu patah kata dari mulut Alvino.
"Cepat katakan!" teriaknya dengan suara lantang.
Alvino dengan nafas yang mungkin sudah ada di tengah kerongkongannya, tetap memilih bungkam dan tetap diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURPLE ROSE (Sequel Of Black Rose) (END)
RomanceCerita ini merupakan Sequel dari Black Rose (Perjalanan cinta antara Alvino dan Rania setelah mendapatkan restu dari Emil Pratama) "Lalu, kamu maunya bagaimana, Rania? Kamu mau mengakhirinya hanya karena profesiku ini?" "Nyatanya profesimu terlalu s...