Ketua geng yang sangat ter obsesi pada gadis biasa dan ingin menjadikannya sebagai miliknya dan hanya miliknya.
Namun mereka malah terus mendapat masalah, akan kah hubungan mereka bertahan lama atau sebaliknya?
Sampailah Diego dan Jasline di markasnya Diego. Saat mereka hendak masuk Diego merasa heran lantaran semua ruang sepi bahkan tidak ada satu orang pun disina.
'Apa apaan ini! Kemana mereka?' batin Diego bingung.
Saat sampai di tempat Akbar di sekap terlihat disana hanya ada Stella yang teringkat di tiang itu bukan Akbar. Dan banyak para anak buahnya yang tak sadarkan diri disana. Diego yang melihat itu pun kaget dan langsung menutup kolam dan melepaskan Stella.
Jasline yang melihat itu pun hanya diam disana menatap Diego. 'Apa yang terjadi?' batin Jasline bingung.
"Stella! Bangun!" ucap Diego sambil menepuk nepuk pipi Stella.
Stella pun tak kunjung bangun dan tetap terpejam. "Sial! Apa yang terjadi?!" ucap Diego kesal.
Tiba tiba terdengar suara dari arah belakang. "Selamat datang Diego," ucap orang tersebut.
Seketika Diego pun berbalik dan melihat apa siapa itu. Ternyata itu adalah Rangga, Diego pun membelakan matanya kaget. "Rangga?!" kaget Diego.
Rangga yang melihat itu pun tersenyum puas, tiba tiba semua anak buah Rangga keluar dari tempat persembunyian mereka sedangkan Akbar telah dibawa pergi terlebih dahulu.
"Sial! Gue ditipu!" ucap Diego kesal.
Rangga tang melihat Jasline pun langsung menariknya ke dalam pelukannya. "Ck, lo emang bodoh!" tegas Rangga sambil tersenyum.
Jasline melihat Rangga dengan kebingungan dan penuh tanda tanya. Rangga yang melihat Jasline pun hanya menatapnya dengan dingin. Hal ituembuat Jasline merinding. 'Sebenarnya ada apa ini?' batin Jasline bingung.
Akhirnya anak buah Rangga pun membawa Diego serta Stella dan yang lainnya. Diego yang hendak dibawa pun terus terusan memberontak.
"Sialan lo!" teriak Diego yang perlahan lahan menghilang.
Flasback on
"Jasline," panggil Rangga yang telah pulang namun yang di panggil tak kunjung hadir akhirnya Rangga pun mencari ke seisi rumah.
Namun nihil tak ada Jasline dimana pun. "Sial, dia belum pulang ternyata," kesal Rangga. Akhirnya ia pun menelfon temannya Jasline
Via telfon
["Mana Jasline?"]
["Hah? Lo ngomong apa sih? Jasline gak ada disini,"]
["Maksud lo?"]
["Ya emang Jasline gak kesini!"]
Mendengar hal itu Rangga pun langsung mematikan telfonnya. "Sial!" kesal Rangga.
Saat ia melihat ke arah tong sampah terlihat sebuah kotak ia pun mengambil kotak itu dan melihatnya. Ternyata itu adalah bekas bingkisan pakaian.
Di dalam kotak itu terdapat sebuah surat yang berisi kiasan dab tulisan manis. Rangga yang melihat itu pun menjadi kesal.
"Diego!" kesal Rangga. Namun Saat menoleh ke arah meja rias ia menemukan ponsel Jasline yang tertinggal itu. Rangga pun langsung memeriksa ponsel Jasline.
Ia pun semakin merasa kesal dan marah. "Kaparat!" kesal Rangga. Dengan cepat Rangga langsung menelfon anak buahnya agar pergi ke markas Diego.
Rangga pun langsung pergi ke markas Diego menyusul anak buahnya yang akan pergi ke sana juga. Alasan Rangga tidak pergi ke Cafe adalah untuk menjebak Diego karna itu adalah satu satunya cara.
Flasback off
Rangga pun menatap Jasline tajam. "Rang-" ucapnya terpotong oleh Rangga.
"Lo boongin gue kan? Lo pikir gue gak tau apa apa!" potong Rangga.
Hal itu pun membuat Jasline terdiam sambil menunduk. Rangga yang melihat itu pun menghela nafasnya. "Maaf," ucap Rangga sambil bersandar dundak Jasline.
Jasline pun terbelak kaget namun tetap tenang dan menatap Rangga. "G-gue juga minta maaf," jawab Jasline.
"H-harusnya gue ngomong sama lo," sambung Jasline.
Rangga pun mengangkat kepalanya menatap Jasline. "Karna lo udah bikin gue marah, lo harus dapet hukuman." ucap Rangga sambil mengendong Jasline ala bride style dan berjalan menuju mobilnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yak! Turunin gue!" brontak Jasline. Namun hal itu tak di gubris oleh Rangga ia malah terus berjalan menuju mobil dan mengbaiakan Jasline yang terus memberontak.
Saat sampai di sana Rangga langsung membuka pintu mobil dan memaksa Jasline masuk. Namun Jasline terus memberontak. "Masuk!" bentak Rangga.
Hal itu membuat Jasline terdiam. Rangga pun langsung masuk ke dalam mobil dan menjalan kan mobilnya.
Saat berjalan di antara keduanya tidak ada yang bicara hanya ada keheningan. Kemudian Jasline pun angkat bicara.
"Lo bu-" ucapnya di potong oleh Rangga.
"Nggak, bukan gue yang bunuh. Gak mungkin gue bunuh ibu mertua gue," potong Rangga.
"Jangan percaya sama dia, lo harus percaya sama gue. Gue suami lo!" sambung Rangga.
"Tapi seharusnya lo nrmuin gue sama ubu gue bukannya malah disekap!" kesal Jasline.
"Tapi lo malah maksa gue buat nikahin lo! Lo juga udah ngelecehin gue! dan sekarang lo ngebunuh ibu gue!" sambung Jasline sambil menahan tanggis.
Rangga yang mendengar itu pun menghentikan mobilnya secara mendadak. "Lo lebih percaya dia daripada gue?" kesal Rangga sambil menatap Jasline.
"Menurut lo?!" jawab Jasline.
"Gue bilang bukan gue yang bunuh ibu lo! Kalo gue bilang bukan berarti bukan!" sentak Rangga.
"Bukan? Terus kenapa lo nyekap ibu gue dan maksa gue kayak gini hah!" bentak Jasline.
"Gue terpaksa Jasline!" bentak Rangga sambil mengepal tangannya kuat.
"Terpaksa lo bilang?! Gila lo ya! Kenapa harus sampe ngebunuh ibu gue!" teriak Jasline.
"Gue bilang bukan gue yang ngebuh ibu lo," bentak Rangga sambil menampar wajah Jasline yang sudah tersulut emosi.
Jasline pun memegang pipinya yang memerah dan terdiam. Rangga yang melihat itu pun langsung terdiam dan memeluk Jasline.
"Maaf, maaf, maaf," ucap Rangga sambil memeluk erat Jasline.
Jasline pun mencoba memberontak. "Lepas!" ucap Jasline sambil menanggis.
Bukannya melepaskannya ia justru semakin mempererat pelukannya. Hingga pada akhirnya Jasline pun menjadi tenang.