Snowflake - 11

10.2K 620 52
                                    

Happy Reading 

Sorry for the typo(s)

˚*❋ ❋*˚

Alih-alih disambut senyum manis Taeyong setelah pulang bekerja, Jaehyun justru disuguhi pemandangan sepuluh paperbags dengan berbagai brand ternama. "Bubu?" panggilnya seraya meletakkan jasnya di lengan sofa. "Dua belas ternyata. Banyak banget." Jujur, selama menikah Taeyong belum pernah belanja sebanyak ini. 

"Ayah?"

"Ini belanjaan kamu semua, Bu?" 

Taeyong mengangguk seraya tersenyum manis. "Iya dong! Tahu nggak aku habis berapa?" Ia terkekeh ketika pertanyaannya dihadiahi gelengan. Ia menjawab sambil melepaskan dasi Jaehyun. "Seratus juta." 

"Seratus juta?!" Jaehyun sontak menutup mulutnya. Manik hitamnya memandang mereka satu per satu dengan tatapan terkejut dan tak percaya. "Beneran?! Kamu belanja selama empat jam dan habis seratus juta?!" tanyanya, memastikan sekali lagi. 

"Iya, Sayang."

"Seratus juta bisa bayar uang pengembangan sekolah abang sama adek lho."

Si cantik pun merengut. "Kamu nggak suka ya?" Pipinya menggembung kesal dan netra bulatnya tak lagi berbinar senang. "Karena aku jarang belanja sebanyak ini makanya aku pikir nggak apa-apa. Lagipula aku belanja buat kita semua. Bukan cuma buat aku."  

Dalam hati Jaehyun mengumpat dan merutuki dirinya sendiri yang sudah salah bicara. Cepat-cepat ia menyusun kalimat agar tidak semakin memperkeruh hati suami kecilnya ini. "E-eh maksud aku nggak gitu, Bu. Nggak apa-apa kalau kamu―"

Taeyong menipiskan bibir. "Bilang nggak apa-apa tapi respon kamu begitu. Bohong." 

"Aku nggak bohong, Sayang. Aku... kaget. Iya kaget." Pria berkemeja putih ini terdiam sejenak seraya menggaruk ujung telinganya yang tak gatal, masih merangkai balasan yang sekiranya tidak menyinggung Taeyong. "Sebelumnya kan kamu nggak pernah seperti ini. Nggak apa-apa kok. Aku nggak marah," ujarnya yang diakhiri tawa garing. 

Terlampau jelas ia tidak bisa berbohong. Bukan berarti ia perhitungan atau apa. Ia hanya masih terkejut.  

Sementara itu, Taeyong berusaha keras menahan tawanya agar tidak menyembur. Ekspresi bayi besarnya ini sangat menggemaskan. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa namun sorot mata dan wajahnya menunjukkan sebaliknya. Benar-benar sangat bertentangan. "Jadi beneran nggak apa-apa ya? Kamu nggak marah atau keberatan 'kan? Nanti kamu diam-diam marah sama aku karena aku boros." 

Tidak ada jawaban yang lebih baik selain anggukan dan senyum. "Kapan aku marah sama kamu? Terus marah buat a―"

"Tadi kamu mau marah." 

Jaehyun menatap lekat sang kekasih. "Bubu mau ayah cium?" tanyanya. Ia selalu mengatakan ini setiap kali Taeyong memotong ucapannya.  

Taeyong menjauhkan telunjuk Jaehyun yang menekan bibirnya. "Iya, maaaf." 

"Aku nggak marah, Bu. Aku cuma kaget. Biasanya kamu belanja paling banyak kan lima atau enam. Sekarang dua belas. It's okay. Aku justru senang karena akhirnya kamu mau pakai uang yang memang itu buat kamu." Jaehyun tersenyum kendati keterkejutannya belum betul-betul sirna. "Aku juga cari uang kan buat kamu sama anak-anak. Kalau bukan kamu yang pakai terus siapa? Bahagia kamu juga bahagia aku." 

Jung Jaehyun masih merasakan ketidakyakinan Taeyong. Maka dari itu, ia pun tersenyum lagi hingga matanya terbenam untuk menghapus keraguan pendamping hidupnya ini serta menunjukkan bahwa itu bukan masalah besar dan tidak perlu diperpanjang. 

Snowflake [Jung Fams]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang