Snowflake - 26

7.5K 581 41
                                    

Happy Reading 

Sorry for the typo(s)

˚*❋ ❋*˚

Taeyong menepuk-nepuk lembut punggung si sulung yang terlelap di pelukannya. Tadi malam Mark demam dan sama sekali tidak mau lepas darinya. Karena Jeno juga sedang rewel akibat tumbuh gigi, ia memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa Mark dan ternyata demam yang jagoan pertamanya rasakan hanyalah demam biasa. 

Meski bukan demam pertama, rasa paniknya tidak bisa ditahan. Apalagi suaminya tidak ada di rumah sekarang. Pelan-pelan ia membuka jendela kamar Mark dan semilir angin seketika menerpa wajahnya yang kusut. Ugh, ia belum mandi―lebih tepatnya tidak bisa mandi. Pikirnya nanti saja kendati tubuhnya gerah. 

Ia berjalan mendekati meja di mana ponselnya yang bergetar berada. "Halo?" Suaranya lirih lantaran enggan membuat Mark terjaga. "Ayah pulang sekarang?" tanyanya ketika Jaehyun memberitahu sedang dalam perjalanan menuju bandara. Seharusnya besok pagi adalah jadwal kepulangan Jaehyun namun bayi besarnya ini memilih pulang lebih awal. Ia terkekeh seraya duduk di sofa. "Belum sempat sarapan. Abang mau sama aku terus. Kalau adek dijagain mama." Ia menganguk-angguk selama Jaehyun berbicara di seberang. "Cepat sampai ya? Bubu cape, Ayah. Abang sama adek nangisnya gantian. Mm. Hati-hati." 

Setelah panggilan mereka usai, Taeyong mengecup puncak kepala Mark yang masih terasa hangat. Dengan hati-hati ia membaringkan Mark ke tempat tidurnya. Ia sudah memastikan semuanya membuat Mark nyaman, seperti suhu kamar yang sejuk dan pakaian yang tipis. "Cepat sembuh, Abang," ujarnya lalu beranjak keluar. Ia akan memeriksa Jeno sebelum memasak sarapan. "Mama, adek bangun nggak?" 

Wanita paruh baya yang masih tetap cantik ini menggeleng. "Engga. Kamu bilang adek kalau bobo pegang tangan kamu 'kan? Tadi adek mau bangun terus mama pegang tangannya. Sama adek dipegang balik terus diusap-usap sebentar. Eh dilepas lagi. Adek tahu kali ya bukan tangan kamu?" Ia memandang tangannya sendiri yang mulai dihiasi keriput. "Mama ternyata sudah tua ya, Kak?" 

Taeyong tersenyum. "Kan mama sudah dipanggil nenek. Mama tolong jaga abang sebentar ya? Kakak mau masak." 

"Masak buat apa? Sarapan?" 

"Iya buat adek." 

"Ooh gitu. Ya sudah sana. Oh iya, mamanya Jeje juga di sini lho. Bawain kakak sarapan soalnya tadi mama bilang abang sama adek rewel jadi nggak ada yang sempat masak." 

Taeyong mengangguk-angguk kemudian bergegas menemui ibu mertuanya. "Mama?" panggilnya saat Mama Jung tengah menata sarapan di meja. Bibirnya melengkungkan senyum kala beliau tersenyum padanya. 

"Kakak belum sarapan 'kan? Sarapan dulu." 

"Nanti ah, Ma. Kakak belum terlalu lapar kok. Mau masak sarapan dulu buat adek." Taeyong berujar sembari membuka kulkas. Ia membaca catatan yang tertempel di pintu kulkas sejenak lalu mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti telur puyuh, hati ayam, wortel, dan buncis. "Mama bawa nasi nggak?" 

"Bawa-bawa. Kakak butuh berapa banyak? 

"Empat sendok aja." 

Di sela merebus telur puyuh dan memotong buncis, Taeyong dikejutkan dengan suapan dari Mama Jung. Belum sempat bertanya, ia dipaksa membuka mulutnya dan berakhir menurut. Rasanya enak dan khas sekali buatan ibu mertuanya. "Terima kasih, Ma," ucapnya malu.

Mama Jung menjawabnya melalui anggukan. "Kakak nggak boleh telat sarapan. Nggak baik. Apalagi abang sama adek lagi kurang sehat. Maunya sama kakak terus. Kalau kakak ikut sakit mama bingung, Nak." Iya, bingung sebab Mark dan Jeno takkan berhenti menangis sebelum ditenangkan oleh bubu mereka. Ia lantas menyuapi menantu yang telah dirinya anggap sebagai anaknya sendiri. Ia tulus menyayangi Taeyong karena Jaehyun juga mencintainya. "Nanti kalau anak nakal itu pulang, mama jewer deh telinganya." 

Snowflake [Jung Fams]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang