Happy Reading
Sorry for the typo(s)
Boleh sambil dengerin lagunya (Opsional)
˚*❋ ❋*˚
Jeno memandang sebal tangan orang tuanya yang bertautan. Ia mendongak dan menatap Taeyong yang acuh tak acuh. "Jangan, Bubuu," ucapnya seraya menyingkirkan tangan bubunya.
Diam-diam Taeyong menahan senyum. Mengabaikan larangan jagoannya, ia menggenggam tangan Jaehyun yang ada di atas pahanya. Ngomong-ngomong, Jeno sedang merajuk padanya gara-gara sepatu. Jeno marah karena sepatunya dan Jaehyun sama sedangkan sepatu si kecil dan kakaknya berbeda.
Dahi Jeno mengernyit dan alisnya menyatu, kesal ucapannya tidak diindahkan. Secepat kilat ibu jari dan telunjuknya mengangkat punggung tangan Taeyong lalu menggantikan dengan tangannya sendiri. "Bubu gak boleh pegang tangan ayah!"
Di sela mengemudi, Jaehyun melirik dua hidupnya yang tengah beradu pandang dengan tatapan sengit. Ia tersenyum tipis saat mereka mendengus bersamaan sebelum membuang muka. Jangan harap ia akan melerai lantaran dirinya ingin tahu sampai mana dua orang yang sama-sama pencemburu ini berselisih.
"Bubuu."
"Apa, Adeek?"
"Jangan pegang-pegang ayah! Ini ayah adek!"
Taeyong memperbaiki posisi Jeno yang duduk di atas pangkuannya. "Bukan ayah adek tapi suaminya bubu tahuu. Lihat, ayah sama bubu pakai cincin." Ia meleletkan lidahnya, puas mengerjai Jeno habis-habisan. "Cincin adek mana coba? Gak ada 'kan? Itu artinya ayah punyanya bubu huuu," pungkasnya yang disertai senyum kemenangan.
Jeno mencebik sembari bersedekap. "Sekarang ayah pilih! Bubu atau adek?!"
Helaan napas pasrah lolos dari hidung sang dominan, tidak menyangka kembarannya akan menyeret dan mengajukan pertanyaan yang selalu membuatnya serba salah. "Pilih bubu sama adek," balasnya, mencari aman kendati pesimis akan berhasil.
"Pilih satu, Ayaah! Bubu atau adek?!"
Meski tidak bersitatap, Jaehyun tahu mereka menuntut jawaban. Seandainya ia memilih Taeyong, Jeno pasti akan mogok bicara. Begitu pula sebaliknya. Ia pun berdehem. "Ayah pilih adek," putusnya yang menghasilkan dua respon berlawanan; sorakan riang dan decakan jengkel.
Serta merta Taeyong menoleh tidak terima. "Gimana, Yah? Pilih adek atau bubu?" ulangnya dengan intonasi yang menyiratkan bahaya jika dirinya tidak dipilih. maka suaminya itu akan terkena masalah.
Jeno mendongak kemudian jari mungilnya menusuk pipi Taeyong, meminta perhatian yang paling cantik. "Bubu jangan paksa-paksa ayah dong. Itu gak baik! Ayah sama bubu 'kan selalu bilang kalau kita gak boleh memaksakan kehendak dan harus menghormati keputusan orang lain," tegurnya, mengingatkan. Tersemat kenyitan bingung di keningnya, tidak mengerti alasan ayah dan bubunya tertawa. "Kenapa?"
Dengan gemas Taeyong mencium pipi Jeno. "Anak bubu lucu sekali sih."
"Ih bukan anak bubu. Adek anak ayah." Jeno cekikikan menyadari ekspresi Taeyong berubah dan senyumnya tergelincir. "Adek masih marah sama bubu!" imbuhnya lalu turun sesampainya di sekolah Mark.
Enggan mengalah, Taeyong segera memeluk lengan Jaehyun dan sengaja berjalan lebih dulu―meninggalkan si bungsu di belakang. "Lihat deh, Yah. Adek tetap berdiri di samping mobil. Gak mau jalan ke sini," bisiknya geli.
"Adek sini, Sayang."
Lambaian tangan sang ayah tidak Jeno hiraukan. Kakinya ia hentakkan sebelum berbalik badan dan kembali melipat tangannya sebatas dada. Bibirnya mengerucut maju dan wajah lucunya cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowflake [Jung Fams]
Fanfiction; tentang ayah, bubu, abang, dan adek ; Families are like snowflakes: they come in many shapes and sizes and no two are the same. And like a snowflake, they are very delicate and must be protected and guarded from elements that threaten to destroy t...