Snowflake - Akhir Pekan Mereka

4.5K 396 37
                                    

Sorry for the typo(s)

Happy Reading

Bisa dibaca sambil dengerin lagunya (opsional)

˚*❋ ❋*˚

Taeyong berjalan pelan menuju ranjang. Ia menggeleng mendapati suami dan kedua anaknya masih terbuai mimpi padahal di luar jendela matahari telah memamerkan kilaunya. Senyumnya terbit melihat posisi mereka bertiga yang menghadap ke kanan dan saling memeluk. Selepas membuka gorden dan jendela, kakinya yang dibalut sandal rumahan mengayun keluar.

Tidak apa-apa mereka belum bangun. Toh sekarang hari Sabtu. Sambil menunggu, ia akan menyiapkan sarapan saja. Usut punya usut, mereka mempunyai agenda olahraga bersama di rumah mertuanya. Kenapa tidak di rumahnya? Karena rumput di halaman belakang sudah meninggi dan kebetulan belum disiangi.

Sementara itu, Mark mengubah posisinya yang awalnya miring menjadi telentang. Ia mengucek-ucek matanya yang terkena sorot cahaya mentari. Tatkala netranya terbuka, ujung bibirnya tertarik ke atas―merasa lucu lantaran mereka bangun bersamaan. "Ayah ganteng ya?" merupakan kalimat pujian yang diucapkan olehnya pertama kali pagi ini.

"Iya. Balu bangun tidul sudah ganteng."

Dekik yang bersemi di pipi membuat Jaehyun tampak lebih manis, salah tingkah dipuji darah dagingnya. Ia merapikan surai hitam jagoannya yang berantakan secara bergantian. "Terima kasih. Abang sama adek juga ganteng. Sini peluk ayah dulu." Kelopak matanya mengatup sesudah Mark dan Jeno berduyun-duyun memeluknya. Silakan anggap dirinya melebih-lebihkan namun rasanya damai dan hangat sekali―sehangat nyala api di perapian. "Anak ayah," ujarnya kemudian mengecup kepala Mark dan Jeno.

"Ayah?"

"Iya, Sayang?"

Untuk sesaat Mark bungkam. "Ayah sayang bubu 'kan?"

"Sayang. Ayah selalu sayang bubu sampai kapanpun. Kenapa?"

Gelengan serta helaan napas si sulung Jung mengisyaratkan kelegaan yang luar biasa. "Can you promise me one thing?" Percakapan tiga hari yang lalu terngiang lagi di telinganya tanpa diminta.

"Janji apa?"

Selama ayah dan saudaranya berbicara, kepala Jeno bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti siapa yang bersuara.

"Don't hurt him and promise to love him forever. Pokoknya ayah sama bubu harus saling sayang selamanya ya? Jangan pisah nanti abang sama adek sedih."

Sepersekian detik Jaehyun terpegun. "Iya, Bang. Ayah sudah janji sama Tuhan, sama diri ayah sendiri, dan sama bubu. Cintanya ayah itu bubu. Gak ada yang lain selain bubu. Bubu selalu jadi satu-satunya," balasnya sungguh-sungguh. Ia mengusap kepala Mark. "Abang tumben tanya seperti itu. Ayah boleh tahu gak alasannya kenapa?"

"Mm... Abang happy lihat ayah sama bubu pelukan, lihat ayah cium kening bubu atau bubu cium pipi ayah. Abang juga suka lihat ayah sama bubu pegangan tangan waktu nemenin abang sama adek nonton kartun." Lengkung di bibir Mark sama sejuknya dengan semilir angin yang menyapa mereka. "Setiap ayah bilang, bubu cantik sekali atau I love you bubu, pasti pipi bubu jadi merah terus bubu juga senyum malu-malu. Menurut abang itu lucu hihihi. I feel loved by seeing you love each other. Itu artinya ayah sama bubu baik-baik aja, jadi I don't have to worry. "

Telapak tangan Jeno menutup mulutnya yang menguap kecil. "Ade juga suka lihat ayah bobo di..." Ia menepuk pahanya sendiri. "Pahanya bubu. Tapi jangan seling-seling soalnya ade nda suka. Yang boleh bobo sepelti itu 'kan abang sama ade. Ayah sama oma aja sana," celotehnya yang sanggup melunturkan senyum sang kepala keluarga.

Snowflake [Jung Fams]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang