Happy Reading
Sorry for the typo(s)
⚠️⚠️
[This is a very long chapter]
˚*❋ ❋*˚
"Sshht."
Jeno meletakkan telunjuknya di bibir lalu mendorong pelan pintu kamar orang tuanya dan mengintip ke dalam. Seusai menutup pintu, ia menoleh ke belakang. "Ayah sama bubu masih bobo," ucapnya yang dihadiahi anggukan oleh Mark.
"Ayo ambil minum."
Kakak dan adik ini pun berjalan bersisian menuju dapur. Rumah mereka hening sekali sampai langkah kaki keduanya terdengar keras. Jeno meringis ngeri lantaran lampu belum dinyalakan. Maka dari itu, ia sengaja mengikis jarak di antara dirinya dan Mark.
Dengan bantuan kursi menara Mark menghidupkan lampu. Ia menoleh ke samping saat Jeno menempelkan note yang mereka susun kemarin ke pintu kulkas. "Adek mau sarapan apa?" tanyanya seraya mencuci tangan.
Jeno mengelap mulutnya sesudah meminum air putih. "Tomago sando!" Ia lantas membuka kulkas dan mencari-cari keberadaan telur. Akan tetapi, perhatiannya justru teralihkan oleh sebatang cokelat yang masih terbungkus rapi. Belum sempat tangan kanannya bergerak mengambilnya, teguran dari Mark sukses mencegah niatnya. Ia sontak menyengir sembari mengusap-usap ujung hidungnya, merasa malu karena tertangkap basah.
"Cokelat bukan buat sarapan, Adek."
"Iya, Adek tahu. Tadi adek mau lihat aja kok. Siapa tahu sudah kadaluarsa."
Mark hanya menggeleng mendengarnya. Kepalanya mendongak dan netranya mengedar menyapu isi kulkas yang justru membuatnya bingung. Perutnya keroncongan dan cacing-cacing di perutnya bahkan tak henti-hentinya berdemo namun ia tidak tahu harus sarapan apa.
"Selamat pagi."
Mark dan Jeno bergegas menghampiri orang tua mereka. Si sulung melompat ke pelukan ayahnya sedangkan si bungsu memeluk pinggang bubunya. Jung bersaudara ini tersenyum lebar ketika Jaehyun dan Taeyong mencium pipi mereka bergantian.
"Bubu, abang lapar."
Taeyong mengeringkan tangannya yang basah. "Lapar? Maaf ya bubu bangunnya agak terlambat. Abang sama adek mau sarapan apa?"
Mark turun dari gendongan Jaehyun dan menjawab, "Tomago sando. Tadi abang mau coba rebus telurnya tapi nggak bisa." Ia berdiri di samping bubunya yang tengah merebus delapan butir telur. "Kalau ayah sama bubu mau sarapan apa?"
"Ayah ikut abang sama adek aja."
"Bubu juga sama?"
"Iya."
Sementara itu, Jaehyun dan Jeno sibuk menyeduh dua gelas susu hangat. Manik sipit Jeno berbinar kala Jaehyun menyodorkan segelas susu untuknya. Ia pun menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Ayah." Seharusnya ia bergegas duduk tetapi ia tetap bergeming.
"Minum itu sambil berdiri atau duduk, Adek?" tanya Jaehyun.
Seulas senyum miring tergambar jelas di sudut bibir Jeno. Binar di matanya seketika berubah menjadi jenaka. "Sambil berdiri, Ayah," godanya, sengaja betul ingin menjahili ayahnya. Lain dengan kakaknya yang sudah duduk manis di kursi seraya menikmati segelas susu, ia masih betah berdiri.
Alih-alih merasa kesal atau dipermainkan, Jaehyun justru mendengus geli. Lagipula bukan sekali-dua kali Jeno memakai tak-tik ini. "Minum yang baik itu sambil berdiri atau duduk?" ulangnya sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowflake [Jung Fams]
Fanfiction; tentang ayah, bubu, abang, dan adek ; Families are like snowflakes: they come in many shapes and sizes and no two are the same. And like a snowflake, they are very delicate and must be protected and guarded from elements that threaten to destroy t...