Happy Reading
Sorry for the typo(s)
˚*❋ ❋*˚
Jeno menempelkan pipi gembulnya ke bahu Oma. Paras menggemaskannya yang biasanya secerah mentari di langit menjadi layu dan pucat. "Mau ayah, Oma," pintanya lirih. Ngomong-ngomong, ia dan ayahnya jatuh sakit bersamaan akibat hujan-hujanan, sementara bubu dan kakaknya sedang pergi ke luar negeri dalam rangka study tour.
"Tunggu sebentar ya, Adek. Ayah belum selesai mandi."
Jeno berdengung tidak jelas sambil mengucek-ucek matanya yang terasa panas. Mendengar pintu yang terbuka, kepalanya muncul dari pundak omanya. "Ayaah," rengeknya seraya mengulurkan kedua tangannya. Ia mengalungkan tangan mungilnya ke leher Jaehyun. "Kepala adek sakit, Ayah."
Jaehyun mengusap-usap punggung sempit jagoannya. Jantungnya berdetak tidak nyaman dan hatinya disengat rasa bersalah. Senandikanya memohon agar rasa sakit di tubuh Jeno dilimpahkan ke dirinya saja. "Iya. Ayah minta maaf, Sayang." Merasa plester penurun panas di kening Jeno perlu diganti, dengan lembut ia melepasnya dan menggantinya dengan yang baru.
"Nggak mau ke rumah sakit aja?"
"Nanti, Ma, kalau panasnya adek naik lagi."
Oma Jung mengangguk-angguk, menurut tanpa membantah. "Kamu sudah minum obat?" tanyanya yang dihadiahi anggukan. Selepas memeriksa dahi putra tunggalnya, ia berpamitan ingin menyiapkan makan malam.
Lantaran tubuhnya masih lemas, Jaehyun memutuskan kembali ke kamarnya sendiri dan beristirahat di sana. Ia menahan senyum saat Jeno masuk ke dalam kaus putihnya dan meringkuk seperti bayi. "Maafin ayah ya, Dek. Kalau ayah nggak ajak main hujan-hujanan, adek pasti nggak akan sakit."
Di sela beristirahat, ia bertukar pesan dengan suaminya. Taeyong tahu ia dan Jeno sakit sedangkan Mark tidak, sengaja tidak diberitahu supaya tetap menikmati wisata edukasinya tanpa dibayangi rasa cemas. Dari atas ia memotret Jeno yang tertidur di dalam kausnya kemudian mengirimkannya ke Taeyong. Seusai meletakkan ponselnya, iris pualamnya menatap celah bibir Jeno yang sedikit terbuka dan pipi gembil yang tergencet dadanya. Entah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk memandangi malaikat kecilnya.
"Gimana? Masih panas?"
Jaehyun mendongak lalu mengangguk, menjawab pertanyaan Opa Jung. "Tapi suhunya sudah turun kok, Yah." Dengan sigap ia mengelus punggung yang empunya baru saja mengerang dan bergerak menyamankan posisi. "Iya, aku bangunin adek dulu," ujarnya ketika ayahnya mengajaknya makan malam. Tepukan halus nan penuh kasih ia daratkan di lengan Jeno sambil memanggilnya pelan-pelan. "Adek?"
Seperti yang sudah-sudah, Jeno tidak menyahut dan setia memejamkan kelopak matanya, menikmati kehangatan sekaligus dingin dari kulit pria yang mewariskan wajah tampan padanya.
"Adek?"
"Enghh..."
Segera Jaehyun menahan tubuh Jeno yang hampir melorot. "Bangun, Sayang. Makan dulu. Nanti adek bobo lagi kalau sudah selesai mam."
"Sama ayah?"
"Iya, sama ayah."
Jeno melengkungkan bibirnya ke bawah kemudian keluar dari tempat ternyamannya. Jemarinya meremat kaus putih Jaehyun selama digendong. "Mau sama ayah," ucapnya, menolak duduk sendiri. Jemarinya bertautan dan matanya menutup sejenak kala berdoa.
"Sini, Dek, Opa pangku biar ayah mam dulu."
Oma Jung tersenyum maklum saat cucunya menggeleng. "Kalau sudah ada ayah, opa sama oma nggak akan dilirik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowflake [Jung Fams]
Fanfiction; tentang ayah, bubu, abang, dan adek ; Families are like snowflakes: they come in many shapes and sizes and no two are the same. And like a snowflake, they are very delicate and must be protected and guarded from elements that threaten to destroy t...