"La La La La..."
Seorang pemuda berusia tujuh belas tahun, kini memasuki mansion megah milik ayahnya sambil bersenandung ria.
Pemuda ini merasa bahagia saat ini, karena baru saja dirinya memenangkan balapan liar, dan tentunya dengan uang taruhan yang tidak sedikit jumlahnya, yakni tiga puluh juta.
Langkah pemuda itu terhenti, kala seorang pria paruh baya kini berdiri didepannya dengan tatapan tajam, seperti ingin membunuhnya.
Plak!
Suara tamparan menggema keras diruang keluarga yang sunyi itu.
Wajah pemuda itu tertoleh ke samping, akibat tamparan yang keras itu. Bahkan, ada darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya yang pecah.
"Darimana saja kau anak sialan!" Bentaknya hingga membuat pemuda didepannya itu kaget.
"Ini sudah jam berapa dan kau baru pulang ha?! Hal bodoh apalagi yang kau lakukan diluar sana!" Teriaknya dengan penuh kemarahan.
"A... Aku"
Pemuda itu menundukkan kepalanya, dia tidak mampu berkata-kata lagi, apalagi untuk melihat wajah ayahnya yang terlihat seperti mau membunuhnya.
"Dasar anak tidak tau terimakasih! Sudah dikasih tumpangan hidup, malah bikin susah!"
Pemuda itu, memandangi ayahnya yang saat ini berjalan menaiki tangga, meninggalkan nya sendirian diruang keluarga.
♛ EXILED CHILD ♛
Trriinggg!
Bunyi jam Weker diatas nakas, membangunkan seorang pemuda yang saat ini tengah terbaring nyaman diatas kasurnya.
Dengan rasa malas, dirinya membuka mata sambil mematikan jam weker yang terus saja berdering.
"Sudah jam enam," gumamnya.
Setelah itu, dia segera beranjak dari atas tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
Perkenalan_
Arthit Vincenzo, berusia tujuh belas tahun, dia adalah putra kedua dari pasangan Andrew Vincenzo, dan Arina Cantika(sudah meninggal). Arthit memiliki satu kakak laki-laki yang tiga tahun lebih tua dari dirinya, bernama Arsya Vincenzo (20 tahun).Dengan langkah cepat, Arthit berjalan menuruni tangga, dirinya segera ikut bergabung dengan ayah, dan kakak laki-lakinya yang saat ini tengah melakukan kegiatan sarapan bersama di meja makan.
Awalnya, Andrew dan putra pertamanya Arsya, tengah asik mengobrol bersama, namun mereka segera menghentikan obrolan mereka ketika Arthit datang.
Arthit yang menyadari akan hal itu, hanya bisa terduduk dalam diam.
Sejak Arthit bergabung dimeja makan, tidak ada lagi suara obrolan dari ayah dan kakaknya.
Mereka bertiga, melakukan sarapan bersama dipagi itu dengan hening
( ◜‿◝ )♡
Setelah sarapan bersama, terlihat Arsya sang kakak yang diantarkan oleh ayahnya ke Kampus, karena mobil sang kakak saat ini tengah berada di bengkel.
Sedangkan Arthit, pemuda itu saat ini naik keatas motornya, dan berangkat sendiri, membela jalan ibu kota di pagi itu.
Diperjalanan, Arthit selalu memikirkan tentang kejadian tadi pagi, walaupun itu memang sudah sering terjadi, bahkan setiap harinya, namun Arthit tetap saja tidak terbiasa dengan sikap ayah dan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...