Sore itu, Arthit dan ibunya tengah berada di taman belakang mansion.
Arthit yang masih berusia 12 tahun kala itu, sangat manja dengan ibunya.
Sedangkan ayah, dan kakaknya saat ini tengah berada di mini market untuk membeli beberapa camilan untuk mereka sore ini, karena stok di kulkas sudah habis dimakan oleh si bungsu Arthit.
"Arthit sayang, kalau udah gede, Arthit mau jadi apa nak?" Tanya Arina sambil mengusap lembut rambut hitam anaknya yang saat ini berbaring di atas pahanya.
"Mau jadi apa aja, yang penting bisa bahagiain Mama sama Papa," balas Arthit sambil tersenyum.
"Arthit, mulai sekarang harus bisa mikirin masa depan, nanti Arthit mau jadi apa..." Balas Ariana dengan lembut.
"Iya Mama... Nanti Arthit pikirin lagi," ucap Arthit dengan nada manjanya pada sang mama.
"Haaah!"
Baru saja Arthit hendak memejamkan matanya diatas pangkuan sang bunda, dirinya malah dikejutkan dengan pekikan ibunya.
"Ada apa Ma...?"
Arina menunjuk ke arah orang yang saat ini memakai Hoodie hitam, dengan topi hitam dan kacamata hitam, yang saat ini tengah menodongkan pistol ke arahnya.
Arthit dan Arina tentu saja panik pada saat itu.
"Akhirnya kesempatan ini datang juga Arina! Aku akan membunuhmu!", Ucap pria itu dengan senyuman jahatnya.
"Jangan berani kau sakiti ibuku!" Teriak Arthit dengan berani, padahal pada saat itu dirinya juga diliputi oleh rasa takut.
"Hahaha... Diamlah anak kecil! Jangan sampai aku membunuhmu juga!" Serunya.
Arina terus saja berteriak ketakutan, saat pria itu menodongkan pistol ke arah putra bungsunya.
Dor!
"Argh!"
Arthit sangat terkejut, ketika ibunya yang saat ini memeluk tubuhnya dengan erat.
Pria itu segera melemparkan pistol itu ke arah Arthit lalu berlari pergi dari sana.
Arthit yang benar-benar tidak tau apa-apa saat itu, segera memegang pistol itu, kemudian memandang ibunya yang saat ini sudah terbaring lemah dengan luka di dada kirinya.
"Arthit Vincenzo!"
♛ EXILED CHILD ♛
Arthit mengerjapkan matanya, sembari menyesuaikan dengan cahaya yang perlahan masuk ke indera penglihatan nya.
"Rumah sakit?" Gumamnya heran.
"Tuan muda, syukurlah anda sudah sadar," ucap seorang wanita paruh baya yang bernama Ningsih.
Dia adalah seorang pelayan di mansion Andrew, yang sudah bekerja disana sejak Arthit masih berusia lima tahun.
Dialah yang membawa Arthit ke rumah sakit, karena pada saat itu Arsya kakaknya malah bermasa bodoh dengan kondisi adiknya yang semakin parah.
"Bi..." Lirih Arthit.
"Anda butuh sesuatu tuan?" Tanya bi Ningsih
"Air"
Bi Ningsih segera mengerti, dan diapun segera mengambilkan air minum untuk tuan muda nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...