Part 16

6K 318 0
                                    

Pagi ini, Arthit tengah mencuci piring di dapur, membantu para maid bekerja.

Sudah terhitung dua hari, sejak hari kelulusannya. Dia juga sudah resign dari cafe Mira kemarin dan sudah mempersiapkan segala keperluannya untuk pergi dari negara ini.

Dan semenjak dua hari terakhir ini, dia memang sudah kembali aktif dalam pekerjaan rumah.

Dia melakukannya bukan karena di suruh, tapi ini murni keinginannya sendiri.

Dia ingin menikmati saat-saat terakhirnya di mansion yang penuh dengan kenangan bersama ibunya itu, sebelum dia akan pergi dan tidak akan pernah kembali lagi kesana.

"Bi, sini biar aku aja yang potong sayuran nya!" Ujar Arthit sembari mengambil alih pekerjaan bi Ningsih. Dirinya sudah selesai mencuci piring.

"Eh, tidak apa-apa tuan muda. Biar bibi aja yah!" Ucap Bi Ningsih yang menolak halus tawaran anak majikannya.

"Tapi kan bi, Arthit pengen potong sayur-sayuran ini," ucap Arthit dengan tatapan memelas.

"Tidak usah yah tuan muda..."

"Bi, tolong biarin yah... Kali ini aja. Janji ini yang terakhir kalinya," Arthit mengangkat tangannya sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Please biiii..."

"Bibi..."

Bi Ningsih pun akhirnya membuang nafasnya kasar karena Arthit yang terus saja membujuknya dengan memelas.

"Baiklah, lakukan sesuka hati anda tuan muda..." Pasrah bi Ningsih.









♛ EXILED CHILD ♛









"Hallo Thit... Besok kamu jadi berangkat bareng aku, kan?" Wando kini tengah duduk di ruang tengah bersama dengan seorang pria paruh baya yang duduk di depannya.

("Iya kak, kalo besok kakak ada acara nggak apa-apa kok. Aku bisa naik taksi aja,") balas Arthit dari seberang sana.

"Eh, enggak kok Thit... Aku kan udah janji buat nganterin kamu ke bandara. Lagian, besok kan adalah hari terakhir kita bertemu," balas Wando sambil tersenyum, walaupun dia tau bahwa orang yang dihubungi nya itu tidak bisa melihat senyuman itu.

("Ya udah kak, makasih yah... Maaf, kalo ngerepotin,") ucap Arthit yang merasa tidak enak dari seberang sana.

"Iya sama-sama Thit, kita kan teman."

Wando tersenyum, setelah dia mengatakan hal itu. Hubungan Wando dan Arthit memang sudah semakin dekat.

Bahkan Wando saja sudah tau jika Arthit akan pergi ke luar negeri, dan menawarkan untuk mengantarnya ke bandara.


(◕ᴗ◕✿)


Setelah menghubungi Wando, Arthit kini sudah bersiap-siap hendak keluar.

Dia akan pergi ke makan mamanya untuk berpamitan, dan untuk yang terakhir kalinya.

Dia berjalan dengan langkah pelan ketika berada di ruang keluarga. Memandangi dengan lekat semua foto-foto ibunya yang terpajang disana.

Arthit segera keluar dari mansion itu, sebelum keraguannya untuk pergi dari negara ini akan semakin bertambah.


✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯✯

Arthit kini berjongkok di samping makam ibunya, setelah meletakkan setangkai bunga mawar putih di atas gundukan tanah itu.

"Hai Ma, maaf karena Arthit baru datang," ucap Arthit setelah beberapa menit dia melamun memandangi batu nisan ibunya.

Exiled Child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang