Plak!!
Suara tamparan mengenai pipi seorang pemuda kini terdengar sangat nyaring di ruang keluarga.
"Dasar anak kurang ajar! Sudah berapa kali saya mengatakan padamu untuk tidak melewati batas mu!"
Suara bentakan keras dari Andrew di tujukan untuk Arthit kini menggema di seluruh mansion.
Arthit memandang tajam ke arah ayahnya, ada kemarahan yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata dari dalam tatapan itu.
"Anak kurang ajar? Siapa yang kau sebut dengan anak kurang ajar? Aku? Memangnya kenapa jika aku adalah anak kurang ajar? Apa urusannya dengan mu? Aku bukan anakmu, jadi tidak ada urusannya sama sekali dengan mu!!"
'Tatapan itu... Tidak, dia... Dia bukan Arthit,' batin Arsya.
"Berani-beraninya kau!" Dengan murka Andrew kembali hendak melayangkan suatu pukulan ke wajah Arthit namun dengan segera di tepis oleh pemuda itu.
"Memangnya siapa kau, sehingga aku harus takut padamu?!" Teriak Arthit.
"Aku ayah mu anak sialan!"
Arthit terkekeh mendengar hal itu, dia tersenyum manis namun senyuman itu terlihat sangat suram.
"Sejak kapan aku menjadi anak mu, hah?" Tanya Arthit dengan nada rendah.
"Aku bukan anak mu! Kau sendiri yang mengatakan itu!!" Dadanya naik turun dengan cepat ketika mengatakan itu.
"Kau sendiri yang sudah membuang ku jauh-jauh dari kata 'putra' selama ini, lalu apa sekarang hah?" Suara pemuda itu kini semakin lirih.
♛ EXILED CHILD ♛
Di dalam sebuah kamar yang remang-remang, Arthit kini tengah duduk di tepi kasur sambil memeluk bantalnya.
Matanya bengkak, dan wajahnya sembab, menandakan jika pemuda itu baru saja menangis.
Bukan karena tamparan dan bentakkan ayahnya yang membuat dia menangis, namun karena sebuah kata 'adik', dan 'anak', yang dia dengar dari mulut kakak dan ayahnya hari ini.
"Kenapa sih mereka ngelakuin ini sama gue? Mereka bilang gue bukanlah bagian keluarga mereka, lalu kenapa di saat-saat seperti ini mereka mengatakan hal seperti itu?" Lirih Arthit.
"Kenapa? Kenapa gue harus kayak ini? Tiba-tiba aja gua jadi kuat di depan banyak orang, namun menjadi lemah ketika sendiri."
Arthit kembali mengingat dengan apa yang dikatakan oleh Vino padanya kemarin.
"Thit, kok gue curiga kalo Lo punya alter ego deh."
"Hah? Alter ego? Yang bener aja Lu!" Elak Arthit.
"Lah trus? Lo sendiri kan yang bilang, tiba-tiba aja Lo bisa jadi beda disaat berantem sama bokap dan kakak Lo, bahkan Lo sendiri aja nggak bisa ngendaliin semua kata yang keluar dari mulut, bahkan gerakan tangan Lo sendiri," ucap Vino.
"Kalo di suruh pilih, Gue lebih percaya Lo punya alter ego, daripada lo punya gangguan jiwa!"
"Gue juga nggak terima sih kalo gue dikatain punya gangguan jiwa, tapi masa Iyah gue punya alter ego," gumam Arthit sambil tersenyum pahit.
"Se menyedihkan itukah hidup gue selama ini?" Gumamnya sambil terkekeh.
Karena yang dia tau, alter ego akan muncul ketika seseorang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, atau tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...