Di dalam mansion besar, terdapat satu keluarga bahagia yang didalamnya ada suami, istri, dan kedua putra mereka.
Hari ini adalah libur sekolah, dimana anak-anak kebanyakan sangat suka berlibur di luar, namun tidak dengan si bungsu yang satu ini.
Dia malah menolak ajakan ayah dan ibunya untuk pergi jalan-jalan ke taman, walaupun sudah dibujuk oleh sang kakak sekalipun.
"Terus kalau nggak mau jalan-jalan, maunya ngapain?" Tanya seorang anak berusia 13 tahun, kepada adiknya yang masih berusia 10 tahun.
Sang adik kemudian bangkit dari tempat duduknya, dan duduk di atas pangkuan sang kakak yang saat ini duduk di sofa tunggal.
"Mau ngabisin waktu sama kakak aja..." Bisiknya pelan sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak.
Ayah dan ibu mereka tersenyum lembut ke arah dua kakak beradik itu.
"Ya udah, kalo gitu adek main sama kakak di taman belakang yah..." Ucap sang ibu.
"Nggak mau," balas si bungsu.
"Lah trus Dede Atit maunya main dimana dong?" Tanya sang kakak.
"Nggak mau main, cuman pengen ngabisin waktu sama kakak aja," balasnya.
Sang ayah tersenyum lembut ke arahnya "jadi maksud nya Atit mau manja-manja seharian ini sama kak Asya?" Tanya sang ayah dan di angguki oleh anak bungsunya.
"Tapi turun dulu, kakak pegel. Kamu tuh berat tau gak," bisik Arsya.
"Iih nggak mau...!" Rengek sang adik.
"Tapi kamu berat adek ku sayang..."
"Nggak, pokoknya Atit mau di gendong terus sama kak Asya. Mana tau kan, suatu saat udah nggak bisa sedekat ini lagi sama kakak," ucap Arthit.
"Eh? Kenapa ngomong gitu? Kakak nggak akan jauh kok dari adek," ucap Arsya.
"Bisa aja kan, suatu hari nanti," balas sang adik dengan wajah cemberut.
"Kamu ngomong gini, biar kakak nggak akan turunin kamu kan?"
"Lihatlah, anak bungsu mu itu sangat manja!" Ujar sang ibu.
"Hahaha, dia mewarisi mu!" Balas sang ayah dengan kekehan kecilnya.
"Benarkah? Tapi seingatku aku tidak pernah punya sifat seperti itu," elaknya.
"Oh benarkah? Haruskah aku menceritakan semua sifat-sifat manja mu dulu pada anak-anak kita?" Balas Andrew, dan mendapatkan cubitan sayang dari istrinya.
"Hahaha... Enggak... Kak..."
Arthit kecil kala itu tertawa dengan riangnya, karena di gelitik oleh sang kakak. Bahkan kedua orangtuanya pun ikut bergabung dengan Arsya untuk mengerjai si bungsu mereka itu.
Sungguh, Keluarga yang hangat, harmonis, dan bahagia.
♛ EXILED CHILD ♛
Arthit kini sudah berada didepan ruang kepala sekolah. Entah mengapa, jantung nya berdetak dengan kencang.
Mungkin dia gugup?
Arthit segera mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu ruangan itu.
'Kok gue jadi grogi gini sih? Thit tenang... Lo kan nggak buat masalah apa-apa, mungkin aja kepsek bakal ngomong suatu yang lain, atau mungkin butuh beberapa data diri Lo!' Arthit mencoba untuk berpikir positif, karena menurutnya berpikiran negatif tidaklah berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...