Sore itu, Arthit sedang mengendarai motornya untuk pergi ke cafe tempat dia bekerja sepulang dari sekolah.
Namun ketika dia melewati jalan yang sepi, tiba-tiba saja sebuah mobil hitam menghadangnya, hingga membuatnya terhenti.
"Ck siapa sih?!" Kesal Arthit sambil membuka helm nya.
Tak lama setelah itu, terlihat seorang pria paruh baya turun dari dalam mobil itu sambil tersenyum miring ke arah nya.
Arthit memicingkan kepalanya, melihat ke arah orang itu.
"Hallo Arthit... Ketemu lagi kita. Sudah besar kamu sekarang, yah?" Sapa orang itu dengan ramahnya dan senyuman manis, namun terkesan menakutkan.
"Siapa?" Gumam Arthit pelan namun masih bisa didengar oleh pria itu.
Pria itu tertawa dengan keras, hingga membuat Arthit bergidik ngeri.
"Kau tidak mengingat ku anak manis?" Tanyanya sambil tersenyum kecut.
Arthit mencoba mengingat-ingat sekali lagi, namun dia tidak bisa mengingat.
Pria itu berjalan ke arah Arthit dengan senyuman menakutkan nya.
"Kau tidak perlu tau siapa aku, yang harus kau ketahui adalah... Betapa pentingnya aku didalam kehidupan mu," ucapnya tepat di depan wajah Arthit.
Sekilas ingatan masuk ke memori nya, namun hanya samar-samar teringat, Arthit bahkan tidak mengingat apapun tentang pria itu.
"Ya sudah... Aku pergi dulu, aku hanya mampir untuk menyapa mu saja," pria itu kemudian masuk ke dalam mobilnya, dan pergi meninggalkan Arthit yang tampak bingung.
Apa tadi dia bilang? Mampir? Mampir kok di tengah jalan sepi begini.
Arthit mengedikan bahunya, dia seolah-olah tidak peduli dengan orang tadi, dan segera menancap gas menuju ke cafe tempat nya bekerja.
♛ EXILED CHILD ♛
"Hallo guys!" Sapa Arthit kepada rekan-rekan kerjanya.
"Baru keliatan nih... Gimana ujian kemarin? Lancar?" Ujar Vito teman kerjanya.
"Lancar kok," balas Arthit di sertai senyuman manis olehnya.
"Ya udah, gue ganti baju dulu yah," pamit Arthit kemudian dia pergi untuk mengganti seragam sekolah nya dengan baju kerja.
Sore itu, cafe tampak ramai dengan pengunjung, hingga membuat semua karyawan sibuk.
"Eh Vit, yang itu karyawan baru yah?" Tanya Arthit pada Vito sembari menunjuk ke arah seorang pemuda yang saat ini tengah membawa nampan berisi makanan dan menyajikannya di meja pengunjung.
"Iya, dia udah kerja disini sejak Minggu lalu," balas Vito.
Arthit memandang heran orang itu, seperti ada yang mengganjal dari karyawan baru itu.
Dari tampangnya saja dia sudah terlihat seperti orang kaya, jam tangan yang dia pakai saja adalah jam tangan merek terkenal yang harganya tidak main-main, bahkan sepatunya saja memasuki kisaran harga hampir seratus juta.
Bentuk tubuhnya yang atletis, wajahnya yang terlihat seperti sudah sering mendapatkan perawatan dari klinik kecantikan terkenal, dan bahkan gaya rambutnya yang kece, membuat semua orang yang melihatnya yakin bahwa dia adalah seorang yang berasal dari keluarga berada.
Tapi kenapa dia bekerja di cafe ini?
Itulah pertanyaan yang sedari tadi ada di dalam pikiran Arthit ketika melihat orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...