Part 17

6K 304 0
                                    

"Thit... Kakak mohon, jangan pergi yah"

Degh!

Arthit terdiam... Apakah dia tidak salah dengar? Ataukah Arsya yang salah bicara. Apa tadi dia bilang? Jangan pergi?.

Orang yang berada didepannya saat ini mungkin sedang dimasuki oleh sesosok makhluk halus.

"Keluar..."

Satu kata itu berhasil terucap dari mulut Arthit.

"Thit ..."

"Gue bilang keluar dari kamar gue!"

Mata anak itu sekarang sudah memerah karena perkataan Arsya tadi.

"Thit, gue mohon Lo jangan pergi yah..." Lirih Arsya sambil meraih kedua tangan Arthit.

"Biar apa? Biar lo sama bokap Lo bisa mukul gue sepuas-puasnya Iyah?!" Bentak Arthit.

"Enggak Thit," balas Arsya.

"BULSHIT!! PERGI LO DARI HADAPAN GUE SEKARANG JUGA!!"

"Asal kamu janji nggak akan pergi..."

Bugh!

Kesabaran Arthit sudah benar-benar habis sekarang. Dia hanya ingin bahagia, itu saja.

Bukankah mereka sangat menginginkan dia pergi? Bukankah dulu Arsya yang paling gigih memukul nya agar dia bisa pergi dengan sendirinya? Lalu apa sekarang?

Tidak cukupkah selama ini mereka memperlakukannya dengan buruk, sehingga tidak mau jika dia mendapatkan kehidupan yang lebih baik di luar sana?

"Pukul gue Thit! Lo bisa pukul gue, sebagai balasan buat gue selama ini. Tapi please jangan pergi..."

Bugh!

"Arthit!!!"









♛ EXILED CHILD ♛









Andrew kini tiba di mansion nya. Dia pulang sangat awal hari ini, karena dia ingin beristirahat sebab semalam dia lembur hingga pukul tiga dini hari.

Andrew hendak berjalan ke arah lift untuk menuju ke kamarnya yang ada di lantai tiga, namun dirinya tiba-tiba saja mendengar suara kegaduhan dari lantai dua.

'Ada apa ini,' batin Andrew.

Pria itu mengurungkan niatnya untuk menaiki lift, dan berjalan ke arah tangga guna melihat keributan apa yang sedang terjadi di lantai dua.

Semakin mendekat, Andrew jadi tau jika kegaduhan itu berasal dari kamar Arthit, dan itu adalah suara kedua putranya.

'Anak itu... Selalu saja membuat masalah,' geram Andrew.

Andrew masih berdiri di depan pintu kamar Arthit yang terbuka lebar, ketika dia melihat pemandangan anak bungsunya yang meninju wajah putra sulungnya.

"Arthit!" Teriak Andrew dengan tatapan yang sangat tajam, sambil berjalan ke arah mereka berdua. Lebih tepatnya ke arah putranya Arsya.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Andrew dengan lembut sambil menyentuh wajah Arsya, dan di angguki oleh pemuda itu.

Berbeda dengan tatapan lembut nya terhadap Arsya, kini Andrew berbalik menghadap Arthit dengan tatapan membunuh.

Bugh!

Bugh!

Dugh!

Exiled Child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang