Malam itu, terjadi perselisihan di mansion Keluarga Vincenzo, dimana yang sedang beradu mulut saat ini adalah Arthit dan kakaknya
Tidak berawal dari masalah besar, hanya Arsya yang memarahi Arthit karena tidak tinggal dirumah hari ini, namun respon yang Arsya terima benar-benar tidak sama dengan yang dia pikirkan.
Menunduk takut, meminta maaf, dan tidak melawan... Itulah yang diinginkan oleh Arsya.
Namun apa yang dia terima dari adiknya itu?
Tatapan tidak suka, tidak ingin mengalah, dan bahkan dia membalas bentakkan nya.
"Terserah kalian jika tidak menganggap ku bagian dari keluarga ini, tapi aku bukan pelayan! Dan kalian tidak menggaji ku, untuk bekerja dirumah ini."
Arsya mengeram marah, mendengar kata-kata itu, dia segera melayangkan sebuah pukulan diwajah Arthit, namun tangannya segera di tepis oleh adiknya itu.
Bugh!
Bukan Arthit, namun Arsya lah yang tersungkur ke lantai, akibat bogeman dari Arthit. Entah kekuatan darimana yang pemuda itu dapatkan, sehingga pukulannya benar-benar keras.
"Jika ingin main tangan denganku, jangan harap aku hanya akan diam saja. Aku tidak seperti dulu," setelah mengatakan itu Arthit segera berjalan pergi ke kamarnya.
♛ EXILED CHILD ♛
Huh...
Arthit menyandarkan tubuhnya di balik pintu kamar yang sudah dia kunci, sembari memandangi kedua tangannya dengan tidak percaya.
Dia bahkan memegang mulutnya, masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya.
"Aku sadar... Aku melihat, aku mendengar, aku merasakan. Tapi ini bukanlah diriku, tubuhku seperti dikendalikan oleh orang lain," gumamnya pelan.
Seperti yang dikatakan sejak awal, Arthit berhati lembut, dia tidak mau melawan ayah dan kakaknya, bahkan untuk memandangi pelototan mereka saja dia tidak berani, lalu apa ini?
Tiba-tiba saja dirinya menjadi seperti ini.
Menjadi orang yang sepertinya tidak diinginkan nya. Bahkan kata-kata yang keluar dari dalam mulutnya, tidak sama dengan yang ada di hatinya.
Gerakkan tangan yang dia ayunkan ke wajah kakaknya juga bukan atas kendali dirinya.
"Ada apa sebenarnya dengan diriku?" Arthit memejamkan matanya sembari berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
'Di tuduh dengan kesalahan yang tidak aku lakukan, diasingkan, di anggap tidak ada, dan selalu di pukuli. Apa jangan-jangan mentalku rusak?'
\(^o^)/
Hari minggu itu, Arthit pergi jalan-jalan dengan teman-temannya. Dia merasa sangat tidak nyaman jika berada dirumah terus menerus.
Padahal, dirinya memang setiap hari hidup dengan tidak disukai oleh orang rumah, namun hari ini berbeda...
Tatapan ayah, dan kakaknya benar-benar menakutkan seperti ingin membunuhnya saja.
Dimana Arthit pemberani yang muncul dalam dirinya kemarin?
Apakah dia hanya akan muncul ketika Arthit yang lemah lembut itu kena tindas oleh keluarganya?
Arthit hanya melamun saja, ditengah-tengah teman-temannya yang mengobrol ria ditepi danau.
"Eh Thit... Lo kenapa?" Tanya Vino yang menyadari akan perubahan Arthit hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...