Pagi itu, Andrew membuka pintu utama mansion dan langsung disuguhkan dengan pemandangan putra bungsunya yang saat ini tengah tertidur sambil meringkuk kedinginan di lantai teras.
"Maid!"
Serunya, hingga beberapa saat kemudian beberapa maid datang menghampirinya.
"Ada apa tuan?" Tanya seorang maid.
"Singkirkan anak ini dari teras mansion ini, bawa dia kemana saja, asalkan jangan biarkan dia terlihat seperti sampah disini!"
Para maid saling memandang satu sama lain. Baru kali ini mereka menjumpai seorang ayah yang tega-teganya mengatakan hal seperti itu tentang anaknya.
"Tunggu apa lagi?!"
Mereka tersentak, dan langsung membopong tubuh dingin Arthit lalu membawa pemuda itu kedalam kamarnya.
"Dasar lemah!" Gumam Andrew tanpa berpikir bahwa dialah yang sudah membuat anaknya sakit seperti itu.
Memangnya siapa yang tidak akan sakit jika kehujanan? Apalagi tidur di lantai teras semalaman dengan keadaan basah kuyup.
♛ EXILED CHILD ♛
Arthit kini berdiri di depan cermin berukuran sedang yang berada di dalam kamar nya, melihat wajahnya yang masih memiliki beberapa bekas lebam akibat bogeman dari ayah dan kakaknya.
Bahkan ada beberapa luka ditubuhnya yang masih belum sepenuhnya sembuh, untung saja kakinya sudah tidak bengkak lagi, hingga membuatnya sudah bisa berjalan dengan normal kembali.
Arthit menyentuh bekas biru keunguan yang ada di pelipisnya "Gila... Kalo gini terus gua nggak bakalan bertahan lama," gumam Arthit pelan.
"Apa gua coba buat ngelawan aja yah?" Sambungnya.
Arthit berencana untuk melawan ayah dan kakaknya, agar tidak terlalu menindas dirinya.
Dia ingin sekali membalas bentakkan, dan pukulan yang selalu diberikan oleh ayah dan kakaknya, dia bahkan ingin sekali membalas teriakan mereka.
Tapi tidak...
Arthit hati terlalu lembek jika menyangkut hal itu. Dia merutuki dirinya sendiri, kenapa dia harus mewarisi sifat lembut dan penyabar dari ibunya?
Jika seandainya dia bisa memilih sebelum terlahir ke dunia, dia ingin terlahir sebagai seorang yang egois, seorang yang keras, dan seorang yang tidak suka berbelas kasih.
ლ(´ ❥ 'ლ)
Pagi itu adalah hari sabtu, yang tentu saja merupakan hari libur bagi anak-anak sekolahan.
Arthit berjalan menuruni anak tangga, dengan pakaiannya yang sudah rapi.
"Mau kemana kamu? Hari ini libur sekolah, dan kau harus membantu para maid untuk bekerja," terdengar suara bariton ayahnya yang menyambut dari ruang keluarga.
Arthit menatap ayahnya, mencoba berusaha untuk setenang mungkin.
"Aku mau berangkat kerja!" Balas Arthit dengan ekspresi biasa saja.
Dia memang selalu libur dari kerja jika libur sekolah karena ayahnya tidak akan membiarkannya lolos dari pekerjaan rumah jika sedang libur.
"Kerja? Pekerjaan mu dirumah saja belum selesai, dan malah sok-sokan mau bekerja ditempat orang lain!" Bentak Andrew.
"Aku bukan pelayan, lagipula mansion ini sudah memiliki banyak maid," balas Arthit dengan biasa saja.
"Dasar anak tidak tau terimakasih... Kau seharusnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Exiled Child (END)
Teen FictionArthit dituduh telah membunuh ibu kandungnya sendiri ketika dia masih berusia dua belas tahun, hingga membuat ayah dan kakaknya membencinya. Bertahun-tahun hidup dalam kebencian itu, membuat Arthit muak, dan tidak bisa lagi mengendalikan dirinya unt...