-9

47 4 0
                                    

"..lo punya orang tua kan!?"

"minta sama mereka!"

Bodohnya Al tidak bisa menepis kenyataan dari ucapan Key, bodohnya Al sekarang hanya bisa menilhat printilan_nya memalaki siswa lain. Al hanya bersedekap dada sambil menyandarkan punggungnya di dinding koridor.

Sampai gadis itu lewat, gadis yang ucapannya selalu membayangi sistem saraf otaknya, membayangi indra pendengarannya sampai ia tuli hal lain.

Al mencekal tangan Key dan menariknya, kepala Key tertubruk dada Al.
"Brengsek!" sarkasnya kesal. Key berusaha menepis tangan Al, tapi tenaganya tidak sebesar tenaga cowok brandalan ini.

"Apaan si Al!"

"Ajari gue cara ngelupain ucapan lo waktu itu, kayak lo ajari gue gak malaki mereka lagi!" cengkramannya mengerat pada pergelangan tangan Key.

"Apa!? Gue gak paham, lepasin gue atau gue tendang lo" Al tidak bergeming, kenyataanya jantung Key hampir copot. Mendadak keberaniannya menciut ketika melihat tatapan Al yang begitu tajam, seolah mengintimidasi_nya.

Al membuang wajahnya lalu melepas genggaman yang lebih pantas di sebut cengkraman pada pergelangan tangan Key. Menyembunyikan tanganya di dalam saku celana, sama seperti Al yang Key kenal.

"Kasih tau gue" hanya ucapan cuek itu yang keluar dari pita suara yang memberat.

"Kasih tau apa? Gue gak paham?" ulang Key untuk ke dua kalinya.

"Gimana cara buat gue lupain ucapan lo waktu itu, kayak lo buat gue gak malaki mereka lagi" ulang Al dengan nada tanpa keraguan.

"Gu-"

"Kalo lo udah siap buat ajari gue, samperi gue. Gue masih Al yang lo kenal" seperkian detik berikutnya hanya ada punggung yang menjauh dan hilang di telan belokan koridor. Key diam.

Dia terluka karena kata 'orang tua' bukan karena ucapan gue,dan gue tau itu.

Key menghampiri Al di kantin, sesuai ucapanya. "..gue masih Al yang lo kenal" yang ada di benak Key waktu itu hanya. "Sejak kapan gue kenal lo?"

"Al, gue gak bisa jelasin gimana cara buat lo lupain ucapan gue waktu itu. Karena gue sama kayak lo, sama-sama terluka dengan kata 'orang tua' jadi i'm so sorry" netra mata mereka bertemu, dengan netra coklat gelap. Key rasa mata serupa, tapi tak sama.

Bukan lagi mata Al yang sombong dan pandai membuat alibi yang sialnya masuk akal. Tapi, netra seseorang yang sama-sama terluka..
"Kita battel, gimana?" sialnya hanya seperkian detik semuanya lenyap.

"Hah? Battel apa?" tubuhnya beranjak untuk duduk tepat di hadapan Al.

"Battle fisika kuantum?" menaikkan sebelah alisnya, tatapan sombong dengan tangan yang bersedekap. Sialnya, netra mata yang baru Key jumpai tadi hanya terjadi dalam waktu kurang dari satu detik. Dan bodohnya, waktu itu Key mengira ia tidak perlu berdebat dengan semua yang ada dalam mindset cowok ini.

"Hah! Gila lo, itu mah lo yang menang. Kan lo sendiri yang bilang '..pasti IQ lo di bawah seratus dua puluh' lupa lo!?" ikut bersedekap dada dan mengikuti cara bicara Al waktu itu.

Empat Negatif || 4-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang