26-

22 3 0
                                    

Selepas sekolah Rendra langsung pulang ke asrama dan pergi menuju toko bunga. Ia membeli beberapa bunga lavender yang ia minta untuk dibuketin, dan kelopak mawar merah yang di letakkan di keranjang.

Lalu ia pergi ke TPU dengan mobil taxi. Sesampainya di sana, Rendra langsung menghampiri makam Gentari Manora.
"Hai ma, maaf ya Rendra datengnya lumayan telat. Belakangan ini dunia sibuk banget ma, mama lihat Rendra kan di sana?" Ia mangusap batu nisan Gentari.

"Aku bawain mama bunga lavender," ucap lelaki itu, lalu menaburi kelopak mawar di atas gundukan tanah yang sudah di tumbuhi rumput jepang. Setelah menaburi kelopak mawar, baru ia meletakkan buket bunga lavender.

"Rendra kangen mama, udah banyak banget yang Rendra jalani. Sekarang Rendra udah pisah sama Papa, Rendra tinggal di asrama. Tapi firasat Rendra selalu ga enak di asrama, kaya ada yang janggal. Tapi Rendra ga tau yang janggal itu di mana," adu lelaki itu dengan semua rasa kegelisahannya.

"Rendra ngerasa kaya ada yang ngawasin, Rendra bingung mau cerita ke temen-temen. Takutnya itu cuma perasaan Rendra aja, tolong bantuin Rendra dari atas sana ya ma?" Cowok itu kembali mengusap batu nisan milik mamanya.

"Ma, Rendra kangen mama. Rendra pengen ngerasain di sayang sama mama, tapi ini semua juga salah Rendra. Rendra jahat udah bunuh mama, seandainya Rendra ga lahir. Mama ga akan meninggal, ninggalin papa." Lelaki itu mengepalkan tangannya dengan erat, rasa sesak mulai menyelimuti dadanya.

"Maaf ma.." lirihnya lagi. "Gara-gara Rendra, papa jadi kesepian." Ia menundukkan kepala, meremat ujung batu nisan. Buliran bening mulai mengalir dan berjatuhan di sisi tanah gundukan.

"Sadar kan kamu?" Rendra tercekat, ketika mendengar pias suara berat dan dingin itu menyeruak tepat di sebelahnya. Segera ia mengusap air matanya dan berdiam diri.

"Ma, Rendra pulang dulu ya." Ucap lelaki itu dan langsung berdiri, menatap sekilas manik mata yang dingin di hadapannya.

"Rendra," langkah Rendra seketika terhenti.

"Bagus kamu sudah sadar dengan kesalahan kamu, seharusnya yang ada di dalam makam ini itu kamu. Bukan istri saya," desis Darent.

Rendra menahan sesak di dadanya, semakin menyeruak menjadi sakit dan perih.

"Jangan kamu kira saya lupa ya, waktu try out kamu bolos. Datang ke rumah, sekarang! Tidak ada penolakan ataupun membangkang," tegas Darent.

"Ga bisa pa_"

"Ga usah pakai alasan ini itu!"

"Rendra ada kelas sore ini," lalu lelaki itu dengan cepat melangkah meninggalkan papanya, yang sekarang tengah menahan emosi mati-matian sambil meremat buket mawar yang ia bawa untuk mendiang istrinya.

Sedangkan Rendra sekarang tengah menahan rasa sesak di dadanya. Biasanya selepas dari makam Gentari, pikiran serta hatinya akan memiliki suasana yang baik. Tapi sekarang, belum sempat pikirannya lepas dari masalah, ada masalah baru yang datang dan hinggap. Kepalanya terasa berat dan hatinya terasa penuh sesak.

~○0○~

Key dengan pikiran kacaunya menyandarkan sikunya pada pagar pembatas di rooftop. Seharian ini ia belum bertemu dengan cowok itu, kekasihnya. Jikapun berpapasan di asrama, mereka hanya selayaknya orang asing yang belum pernah saling mengenal sebelumnya.

Empat Negatif || 4-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang