•
"Let's go serang, SERAAANG!"
Teriakan itu pecah sebagai intrupsi yang di sambut teriakan-teriakan ratusan pelajar lain di bawah sinar terik yang berdebu. Tangan terjulur mengambil apa saja yang dapat di jadikan senjata, ketiga kubu menyerbu habis-habisan. Saling sikut, tendang, pukul, tubuh bertabrakan keras, lengan terangkat untuk membalas. Batu-batu beterbangan, botol-botol kaca pecah berserakan. Darah bercipratan kemana-mana, merembes ke seragam.
Cowok itu, tengah berdiri di tengah-tengah kerumunan masa. Kerumunan yang diperbuatnya, tanganya mengepal kuat. Dadanya sesak ketika mengingat memori beberapa jam yang lalu, dinding otaknya berisik. Alljey Keynzavagan merasa bahwa dirinya akan merasa lebih tenang setelah ini.
Ia melayangkan pukulan, tinjuan, sikutan, dan membanting siapa saja dengan brutal. Semua titik saraf terlumpuhkan, musuh tumbang bak batang pohon rubuh. Darah mengucur membasahi batu-batu jalanan, merembes dipermukaan tanah Jakarta.
Surat pengadilan.
Alleya Keyzavagan.
Surat cerai.
Dinding otaknya bergema, bayangan-bayangan menguar di ujung matanya. Tanganya semakin brutal menghajar pelajar lain yang sekarang terkulai di bawahnya, pikirannya kacau. Ia lupa di mana obat merahnya, ia lupa di mana hansaplastnya, ia terluka, kacau, lalu. Hancur.
Ia berhenti, lalu menatap kedua tanganya yang bersimbah darah ia bangkit dan berdiri. Pergelangan tangan kirinya terasa benar-benar ngilu, pegal merambati lengannya hingga bahu sampai punggung.
BRUK!
Tubuhnya hampir oleng ketika pukulan keras menghantam punggungnya, ia berbalik dengan kepalan. Lalu menghajar dengan brutal, semua serangan ia lontarkan, lawannya ambruk lagi. Pergelangan tanganya semakin terasa nyeri, tapi ia memaksa untuk terus berkelahi. Mungkin sampai diri ini sudah tak sanggup lagi.
DOR!
Al meludahkan air liurnya yang sudah bercampur darah.
"POLISI SIALAN!" ia menyumpah kasar.
Tanganya di tarik, Al menoleh ternyata itu Key. Al diam, ia mengikuti Key berlari. Ia terpaku dengan punggung yang sekarang berlari di depannya dengan menarik tanganya. Menjauh dari polisi dan kerumunan masa. Menyenggol dan bertubrukan dengan tubuh remaja lain yang lari pontang-panting.
Setelah jauh berlari menghindari polisi dan sampai di balik tembok gang kumuh mereka berhenti berlari. Key membalikkan badannya dengan raut masam. "Udah gue bilang jangan tawuran, lo tu bandel banget Al! Lo gak tahu seberapa hawatirnya gue? Lo gak mikirin gimana nasib lo kalau muka lo masuk media? Kalau lo gak peduli sama diri lo sendiri, setidaknya untuk gue." jari telunjuknya maju untuk mendorong dada cowok itu.
Ia menyugar rambutnya frustasi, lalu menitikkan cairan bening dari matanya. "Lo gak mikirin perasaan gue? Asal lo tau, gue gak bisa.." tenggorokkannya tercekat, Al menarik Key kedalam pelukannya. "Gak bisa berhenti sayang sama lo." lanjut gadis itu sendu.
Key mendorong dada Al. "Lo tu brengsek! Brengsek, brengsek!" luap Key.
"Key...," pelan Al, seragamnya yang sudah bau anyir darah hanya dibiarkan mengering. Tanganya beralih menyelipkan anak rambut kebalakang telinga Key.
"Lo," Key menunjuk seragam Al. "Lo, kenapa pakai baju sekolah?" Key baru sadar, dari sekian banyak pelajar yang ikut tawuran rata-rata memakai seragam sekolah.
"Sengaja," jawab cowok itu santai. Key mengernyit, otaknya tak cukup sampai.
"Maksud lo?" Key semakin mengerutkan alisnya heran. Sedangkan laki-laki itu hanya tersenyum tipis, menatap lekat gadis yang ada di hadapannya. Cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Negatif || 4-
Teen Fiction{Empat Negatif [4-]} Ke empat siswa dengan luka terdalamnya, terkekang dalam sebuah misteri yang menghantui. Kehancuran keluarga yang menggores kelewat dalam hingga susah untuk di sembuhkan. Kisah cinta yang rumit tanpa ujung. Menyusun kembali puing...