21-

36 3 0
                                    

Al tercekat ketika pisau yang digenggam Dito sudah ada tepat disebelah lehernya. Lelaki itu tampak tersenyum dengan mata nyalangnya, persis di depan wajah Al dengan jarak beberapa senti. "Gue kira.....lo sehebat yang di katakan orang-orang, ternyata.....ada di bawah gue." Desisnya tajam dengan kepala memincing.

Al tampak tertawa renyah "memangnya kalau gue sehebat yang di katakan orang-orang, lo bisa selamat?" Pertanyaan yang terdengar menohok ego Dito. Cowok itu menggeram lalu menggerakkan pisau yang tepat di sebelah leher Al yang bahkan telah menyentuh kulitnya.

Sret..

"Akhh!" Erang Dito ketika tangannya diputar setelah berhasil melukai leher cowok itu. Darah segar mengalir dari leher Al, tapi cowok itu tampak tak perduli. Ia memutar tangan cowok itu dengan satu tangannya, menatap kesal kearah Dito.

"Dikasi hati minta jantung lo setan," decih Al lalu memperdalam putarannya pada tangan cowok itu. Hingga siempunya mengerang kesakitan.

"Akhgg! Sialan!" Teriaknya nyalang dengan wajah memerah menahan rasa sakit.

"Gak sengaja," Al berucap datar.

Krak.

"AAAAAKH!" jeritan menyakitkan dari Dito, wajahnya pucat pasih ketika merasakan tangannya ngilu hingga mati rasa. Cowok itu telah mematahkan tangannya, ia telah menunjukkan bahwasannya cowok itu memang seorang panglima perang Sayap Bangsa.

"Gimana? Orang yang ada di atas gue?" desis Al dengan tajam, menatap datar lelaki yang kini tengah memegangi tangan kanannya dengan wajah pucat.

Al tampak mengelap darah dilehernya dengan punggung jari telunjukknya. Logikanya tengah bermain sekarang.

"Selamat, lo udah bermain dengan logika gue." Al menarik tangan kanan Dito yang ia patahkan lalu menjabatnya. Terlihat siempu menahan rasa ngilu yang benar-benar ngilu di tangannya yang menajalar hingga keseluruh tubuh.

Setelah tersenyum sarkastik, Al pergi menyambar jaket hitam yang tergeletak diatas ranjang. Membiarkan kamarnya berantakan seperti kapal pecah, meninggalkan Dito yang tengah menahan nafas. Merasakan ngilu yang menjalari setiap saraf ditubuhnya.
"Keparat!" Umpatnya dengan nada tertahan, menyumpahserapahi Al tidak akan mengubah tangannya untuk pulih kembali.

Sekarang ia sedang memikirkan bagaimana cara ia menyembuhkan luka separah ini, dan harus kemana dia. Dito bahkan tidak memiliki uang sepersenpun, ia hanya memiliki uang untuk ia makan besok. Bahkan ia harus mencari penghasilan lagi, tapi melihat kondisinya sekarang ia merasa bahwa itu tidak lah mungkin. Seperkian detik berikutnya ia menyesal karena ingin memperbesar masalahnya dengan lelaki seperti Al. 

Lalu ia akhirnya harus menelan ludahnya sendiri, ia akan menggunakan fasilitas yang dulu pernah ditawarkan almarhum ayahnya. Ia selalu menolak dan bersikukuh akan menjadi sosok yang mandiri, tapi sepertinya setelah ia kehilangan sosok itu. Maka ia akan menelan ludahnya sendiri juga.

~○O○~

Sore hari setelah pulang sekolah dan menyelesaikan kagiatan latihan Taekwondonya, Key berniat berkunjung kerumah ayahnyab sambil membawa gitar. Sudah lama sekali ia tidak menjumpai sosok tua berusia 50an keatas yang ia panggil sebagai ayah.

Setelah masuk kedalam rumah sederhana bernuansa kuno itu, Key mengedarkan pandangannya mencari sang Ayah. Yang ia ketahui dulu setelah cerai dengan mamanya sang ayah telah memutuskan untuk menggondrongkan rambutnya, entah untuk apa.

Empat Negatif || 4-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang