.
“Kenapa harus gue? Kenapa gue yang lo bolehin masuk ke kehidupan lo sedalam ini?” __Key.
Al membawa Key disebuah warung yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah, tapi terpencil. Suasananya sejuk dan tenang, pantas saja lelaki ini sangat menyukai tempat ini. "Tumben den bawa cewek, pacarnya ya?" tanya Bang Kasim, si penjual di toko ini.
"Buk-"
"Kayaknya," jawab Al cepat, memotong ucapan Key.
"As-"
"Diem." serobot Al, lagi? Emang sialan.
Al mengeluarkan sekotak rokok yang terlihat mahal, dan pemantik api dari saku bajunya. "Lo mau ngerokok?" tanya Key yang duduk tepat di sebelahnya.
"Iya," Al sudah mengeluarkan sebatang rokok. Key langsung menggeser duduknya menjadi beberapa meter. Al menoleh, "Kenapa?" ia mulai menyulut ujung batang rokoknya.
"Ya gak papa," jawab Key.
"Kalau gak papa terus kenapa jauh-jauh?" tanya Al, dengan nada khasnya.
"Gue gak suka rokok," jawab Key sekenannya.
"Lo kan gak suka rokok, terus kenapa gue yang lo jauhin?" Al meletakkan batang rokoknya di atas meja, ia menatap lamat Key.
"Kan lo ngerokok, anjir!" kesal Key.
"Terus?" tanya Al lagi, semakin memancing emosi.
Key mendesah kasar, "Gue gak suka asap rokok AL!" geram Key.
"Cuman asap," balas Al enteng, ia langsung mengambil sebatang rokok yang sempat ia letakkan di atas meja.
"Cuman asap, cuman asap otak lo!" cecar Key.
"Ya emang asap yang mengandung karbon monoksida, lo takut mati?" seperti ucapan yang memang sudah di rancang dari tadi, dengan entengnya Al berucap.
"Gue kesel ngomong sama lo, sumpah." pasrah Key.
"Alasan lo jauh-jauh cuman karena itu? Cuman karena lo gak mau jadi perokok pasif?" ucapnya.
"Udah tahu pakek nanya lagi lo!" kesal Key. Al hanya mendengus sambil terus menyesap rokoknya.
"Jadi, lo bawa gue kesini cuman buat nemenin lo ngerokok?"
"Kalo iya?"
Pak!
Kaki Key naik dan menendang paha cowok itu yang duduk tidak terlalu jauh darinya.
"Setan lo! Gak ada kerjaan banget, waktu gue tebuang sia-sia anjirt." cecar Key kesal, marah, betek, emosi, dan wajahnya sangat sarkasme.
"Bacot lu, kayak gak pernah buat perjanjian aja." jawab Al santai dan kembali menyesap batang rokoknya, sesekali ia menghembuskan asap rokoknya.
Key bungkam, ia langsung membuang muka. Menonjok meja.
~oOo~
Al menghentikan motornya di halaman rumah Key. Setelah Key turun ia langsung pergi begitu saja, mungkin sudah tradisi anak brandal.
Saat masuk, Key langsung membuka sepatunya dan meletakkannya di atas rak sepatu. Sekarang ia sudah terbebas dari neraka (rumah neneknya) mamanya sudah membangun rumah sendiri meskipun letaknya bersebelahan dengan rumah neneknya. Tapi setidaknya, Key tidak merasakan neraka itu lagi.
"Diantar siapa tadi Key? Kelihatannya bukan ojek," tanya Shofia__mama_Nya Key.
"Sama, temen mah." balas Key seadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Negatif || 4-
Teen Fiction{Empat Negatif [4-]} Ke empat siswa dengan luka terdalamnya, terkekang dalam sebuah misteri yang menghantui. Kehancuran keluarga yang menggores kelewat dalam hingga susah untuk di sembuhkan. Kisah cinta yang rumit tanpa ujung. Menyusun kembali puing...