●
Key dan Rendra duduk di depan asrama sambil membaca buku, hening melanda. Hanya terdengar tarikan dan helaan nafas samar, beberapa decakan yang ikut mengudara. Ketika pada akhirnya Rendra berdeham untuk memulai percakapan.
"Gue ke dalem ya?" Tanpa menunggu jawaban dari Key. Gadis itu hanya menatap kepergian Rendra yang berjalan memasuki asrama putra.
Ya, mereka duduk dan membaca buku tepat di depan asrama putra, karena letaknya di lantai satu. Hari sudah semakin larut dan kepergian Karla bersama Al belum juga menemukan kata kembali ke asrama.
Sejujurnya Key cukup merindu pada mereka, biasanya yang menemaninya belajar di dalam asrama adalah Karla. Perdebatan kecil karena tidak setuju dengan opini masing-masing, atau ucapan sarkas ketika Al datang untuk menemui Key. Dan berakhir dengan Karla yang masuk ke dalam kamar karena tidak mau menjadi nyamuk, atau ia turun untuk menemui Rendra.
Suasana sekitar tiba-tiba terasa dingin, langit yang telah berubah menjadi oranye gelap. Ia tidak bisa fokus pada buku pelajaran di hadapannya, rasa tidak nyaman menyelimuti tubuhnya. Kaki Key bergerak gelisah di bawah meja, ia terus mengusap-usap ujung buku.
"DOR!"
"AAA BANGSAT!" Jerit Key ketika Rendra dengan sengaja menyentuh pundaknya sembari mengeluarkan suara yang cukup keras. Key berbalik dan balas memukuli lelaki itu, hampir kelepasan menggunakan tenaga dalam.
"Ampun, ampun!" Rendra terkekeh ketika melihat reaksi Key, "jangan pakai tenaga dalam dong, gue tau lo anak Taekwondo. Udah-udah, ampun."
"Ya habis lo ngeselin banget, kalo gue tadi sempet kelepasan nendang lo gimana?" Tanya gadis itu masih dengan dada naik turun mengatur nafas yang tidak beraturan.
"Lagian lo tadi kaya serius banget," ucapnya masih dengan tawa yang mengudara.
"Ya justru kalo gue lagi serius ya jangan lo kagetin, Jamal!" Kesalnya, lalu ia kembali duduk membelakangi Rendra.
"Ya udah, maaf ya Key.." Ucap lelaki itu dengan lembut, nadanya selalu menengkan. Suaranya lembut dan hangat, itu yang selalu Key rasakan ketika mendengar suara Rendra. Dari dulu, tidak ada yang berubah.
Rendra mendudukkan diri tepat di sebelah Key. "Jadi.." Rendra menggantung kalimatnya, membuat Key menoleh.
"Jadi.." ulangnya lagi, Key refleks mengerutkan alisnya.
"Jadi?" Ulang Key.
"Jadi..di maafin ga, ini?" tanya Rendra, masih dengan senyuman manis yang tidak pernah luntur.
"Ya ya...gue maafin," jawab Key akhirnya.
"Nah gitu dong," tawa pelan kembali mengalun, seperti alat musik yang sengaja di mainkan. Penenang sudut Sayap Bangsa yang lenggang, sepi dan sunyi.
"Ren," Key bertutur pelan, sangat pelan dan hampir berbisik.
"Kenapa?" Tanya Rendra dan langsung menunduk, mendekatkan telinya nya pada Key.
"Gue ngerasa gak nyaman banget dari tadi, semakin larut semakin gue ga tenang. Ga nyaman banget, makin hari makin ga tenang." Tutur gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Negatif || 4-
Teen Fiction{Empat Negatif [4-]} Ke empat siswa dengan luka terdalamnya, terkekang dalam sebuah misteri yang menghantui. Kehancuran keluarga yang menggores kelewat dalam hingga susah untuk di sembuhkan. Kisah cinta yang rumit tanpa ujung. Menyusun kembali puing...