09| PERASAAN YANG NYATA

23K 736 6
                                    

Saat ini suasana kelas Greya sedang ramai karena ada jam kosong dari guru yang mengajar, kesempatan itu langsung mereka gunakan untuk membentuk perkumpulan masing-masing. Ada yang bermain gitar, nge-game, tiduran di belakang dan juga bergosip seperti apa yang sedang Greya lakukan dengan ketiga temannya.

Helena melirik ke Naomy yang sedang sibuk sendiri dengan ponselnya, berulang kali juga ia mempergoki gadis itu tersenyum tidak jelas.

"Hayo ngapain lo?"

Naomy membelak dan menjauhkan ponselnya dari jangkaun Helena. "Apaan sih ngintip-ngintip!"

"Idih sok lo. Kaya apa aja. Ketos kesayangan lo lagi kan?"

"Biarin suka-suka gue. Udah bye gue mau ambil makanan di depan." Naomy segera beranjak dari kursinya dengan tersenyum lebar nampak bersemangat.

"Sejak kapan lo suka bawa bekal?" tanya Vanya menatap kepergian gadis itu.

"Bukan buat gue tapi buat orang spesial." cengir Naomy membuat teman-temannya hanya bisa diam memaklumi.

Hati memang bisa buta jika terlalu besar rasa sayangnya.

"Sadarin orang yang gila cowok itu emang susah ya?" celetuk Vanya menggaruk alisnya yang tak gatal.

"Biarin nanti dia juga tau sendiri mana yang baik buat dirinya sendiri." ucap Helena bijak.

"Orang paling beruntung emang cuma lo sih Len. Punya pacar perhatian, ganteng, dibucinin di semua sosmednya." kata Vanya dengan wajah memelas pengin.

Greya terdenyum namun hal itu memudar ketika menyadari dari raut wajah menyendu Helena.

"Lo cuma liat luarnya doang Van, kadang kita ga bisa nilai kehidupan orang cuma dari covernya aja. Apalagi nilai orang dari bahagianya." ucap Helena membuat Greya dan Vanya berpandangan bingung.

"Lo kenapa Len?" tanya Greya hati-hati. "Dion nyakitin lo?"

Namun Helena malah tersenyum seolah menyembunyikan lukanya. "Semua cowok emang gitu ya. Manis diawal doang sisanya cuma penasaran habis itu kalau bosen ya udah cari yang lain." curhatnya sampai ingin menangis.

"Aaa Helena jangan gitu dong. Sini sini peyuk dulu." bibir Vanya melengkung dan memeluk Helena yang segera menghapus air mata di sudut matanya.

"Udah berapa lama lo kaya gini Len?" tanya Greya mengiba.

"Sikap Dion berubah-ubah Grey, dia ga bisa ditebak. Kadang baik kadang nyakitin. Tapi emang dasarnya gue kalau udah gini susah buat lepasin. Apalagi mama sama papa gue juga udah kenal sama dia."

"Kenapa lo ga mau cerita sama kita dari dulu?" tanya Vanya menatap Helena meminta penjelasan. Helena ini menganggap mereka apa sebenarnya.

"Gue cuma ga mau kalian terbebani lagian ini soal masalah percintaan gue, gue yakin semua bakal baik-baik aja."

"Kalau Dion macem-macem sama lo, pokoknya lo harus bilang langsung sama kita ya Len. Jangan ditutupin lagi!" kata Vanya menuntut.

Greya tersenyum pada Helena, gadis itu nampak seperti dirinya. Tak ingin dianggap lemah oleh orang lain, dan berusaha menutupi segala kesakitannya. Ia kira Helena adalah salah satu perempuan yang paling beruntung telah mendapatkan lelaki diidamkan hampir semya siswi sekolah ini. Tapi nyatanya cinta saja tidak cukup.

Denouement ALEGREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang