Dua hari terlewati, selama itu juga Greya telah menginap di rumah Leon. Saat ini Greya sudah kembali untuk berangkat sekolah setelah beberapa hari libur.
Keluar dari mobil, Alegra mengambil alih tas Greya dan meletakannya di pundak kirinya sampai menjumpai teman-temannya yang entah sejak kapan sudah berangkat dan sedang duduk di parkiran.
"Aku bisa loh bawa sendiri." kata Greya nampak segan pada Alegra.
"Ga apa-apa, kan gue pacar lo."
Greya melarikan pandangannya guna menutupi dirinya yang sedang tersipu.
Alegra meraih tangan Greya menggandengnya dan ia bawa ke teman-temannya yang sejak tadi memandangi mereka.
"Pagi Grey." sapa Kai membuat Alegra berpaling jengah dan semakin mempererat gandengannya dengan Greya.
"Lo udah sembuh?" tanya Bara menyusul pandangan tajam Alegra.
Bara sadar tapi ia berusaha tidak perduli, lagi pula Greya sudah ia anggap sebagai teman baiknya. Tetapi nyatanya Alegra memang tidak pernah berubah sejak dulu.
"Seragam lo kebalik Bar." ucap Alegra membuat Bara panik dan langsung memastikan. Dan ternyata Alegra sedang mengerjainya.
"Anjir lo Al!"
"Basa basi lo sama gue aja, ga usah sama cewek gue."
Rendi tertawa tak bisa menahannya. "Siap salah Bar. Bucin nih, senggol dong." ucapan itu pun berakhir dengan tendangan di kakinya dari Alegra.
"Cewek gue. Najis lo! Dasar kacang lupa kulit! Lo kenal Greya juga karena gue ya nyet."
"Ga usah sombong! Greya emang udah ditakdirin buat gue."
"Owh Shilit! Liat betapa bucinnya ketua lo!"
"Sialan asam lambung gue naik denger lo ngomong Al." Rendi membungkuk memegangi perutnya berpura-pura sakit.
"Gimana lo Al masa bucin karena cewek." ucap Dion tidak terima.
Bara memukul perut lelaki itu walaupun pelan. "Kita mau bolos, lo ikut ga?" tanyanya pada Alegra.
"Kenapa mau bolos?" tanya Greya yang sejak tadi diam.
"Males Grey, pelajarannya ga enak. Ngantukin."
"Gue ga ikut." kata Alegra menarik perhatian Greya.
"Iya deh tau! Cin bucin." ejek Dion.
"Biasa Grey kehabisan obat. Dah sana lo berdua pergi." usir Rendi dengan pelan.
Alegra dan Greya pun melanjutkan perjalanan tanpa melepas pegangan tangan mereka sampai-sampai hal itu mampu menarik perhatian beberapa orang yang melintas. Berusaha untuk tidak perduli, keduanya berjalan beriringan sampai akhirnya tiba di kelas Greya.
"Kamu ga malu dibilang bucin sama temen-temen kamu?"
"Kenapa gue harus malu?"
"Ya buat apapun."
Alegra mengulas senyum. "Kalau yang dibucinin lo buat apa gue malu. Biar cowok-cowok yang deketin lo juga minggat, ga boleh ada yang suka lo selain gue."
Cubitan kecil Alegra terima di lengannya dari Greya ketika ia selesai berbicara.
"Yang deketin kamu juga banyak." balas Greya memasang wajah kesal.
"Nih." Alegra menyerahkan ponsel pada Greya yang nampak bingung.
"Apa?"
"Lo simpen aja hp gue, kalau ada cewe yang ngechat bales aja pake foto lo. Selesai kan, ga usah cemburu lagi." kata Alegra dengan seulas senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denouement ALEGREYA
Teen FictionAwal kepindahan Greya ke rumah ayah tirinya membawanya bertemu dengan ketua Lavegas. Alegra Zeftiano, sekaligus lelaki yang pernah memiliki hubungan spesial dengannya. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama, lalu bagaimana dengan perasaan mereka?