Greya berjalan seorang diri di koridor sekolah sembari membawa beberapa lembar kertas hasil ulangan untuk dibagikan kepada teman sekelasnya, namun ketika dia sedang mengecek ulang kertas tersebut sembari terus berjalan tiba-tiba saja seseorang menabraknya kencang seperti tengah berlari sampai barang bawaannya itu jatuh berserakan. Greya berdecak, menoleh ke belakang di mana siswa itu tak punya etika dan terus berlari setelah melakukan kesalahan.
"Sini gue bantuin." ucap seorang siswi lainnya sampai tatapan Greya terpaku sejenak. Gadis ini adalah orang yang selalu bersama Alegra.
Vela tersenyum begitu pandangan mereka bertemu dan menyerahkan kertas-kertas yang telah ia pungut tadi.
"Makasih." ucap Greya buru-buru ingin pergi.
"Sebentar," Vela menahan tangan Greya yang akan melewatinya. "Lo ini Greya kan?" tanyanya baru ingat.
Greya mengangguk lirih dengan tatapan berlarian nampak keheranan apalagi ketika Vela mengulurkan tangan padanya.
"Kenalin gue Vela, kakak kelas lo juga temennya Alegra. Lo adeknya kan?"
Greya dibuat terkejut. Jadi Vela tahu ia siapa untuk Alegra, selain gadis itu siapa lagi yang mengetahui? Greya merasa tidak nyaman jika dikenal sebagai saudara perempuan Alegra.
"Gue Greya." Greya membalas jabat tangan itu membuat Vela tersenyum, namun ia juga melepasnya cepat seolah tak nyaman dengan apa yang mereka lakukan sekarang.
"Kalau gitu gue duluan." sambungnya tanpa menunggu jawaban.
Rasanya setelah jauh dari jangkauan Vela, Greya merasa sangat lega. Berulang kali ia menghela nafas dan mengontrol dirinya yang tiba-tiba keringat dingin, seharusnya Vela tak memberi efek sebesar ini padanya, seharusnya ia tidak perlu takut jika orang lain tahu siapa dirinya bagi Alegra. Tapi kenapa Vela harus lebih tahu dulu bahkan ketika orang lain bukan mengenalnya sebagai keluarga Abraham. Alegra dan Vela sedekat itu ya?
***
"Untung aja lo ga kena skors Al." ucap Rendi dengan gelengannya.
Saat ini mereka berada di kantin setelah tadi Alegra dipanggil ke ruangan BK. Seperti biasa akan mendapat wejangan, tapi kali ini Alegra juga dapat surat panggilan. Sejak tadi ia diam termenung dengan tatapan tajamnya, menatap amplop itu yang pasti tak akan sampai ke tujuan.
"Lo dapet surat panggilan?" tanya Sandi ketika melihat sesuatu di tangan Alegra.
"Om Abraham tahu bisa berabe lo Al." kata Kai mengompor.
Tak disangka Alegra kemudian malah meremas amplop tersebut membentuk bulatan dan ia letakan ke atas meja tanpa perasaan.
"Anjir malah lo begituiin."
"Mereka ga bakal dateng, gue tau itu." kata Alegra sudah menebaknya terlebih dahulu.
"Ga apa-apa Al, kan bisa suruh bi Siti. Penting ada yang dateng biar BK ga tantrum terus."
Alegra tersenyum kecil di sudut bibirnya. "Ide lo terlalu buruk buat guru di sini yang udah tau siapa nyokap bokap gue."
"Terserahlah. Ortu lo ga dateng besok gue yakin BK bakal hororin lo terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Denouement ALEGREYA
Novela JuvenilAwal kepindahan Greya ke rumah ayah tirinya membawanya bertemu dengan ketua Lavegas. Alegra Zeftiano, sekaligus lelaki yang pernah memiliki hubungan spesial dengannya. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama, lalu bagaimana dengan perasaan mereka?