Hari ini adalah hari dimana Greya akan jadi suporter bersama angkatan kelas 11 lainnya. Menggunakan atasan hitam dan rok osis abu-abu, tampaknya Greya sudah sangat siap bahkan sengaja mengikat rambutnya. Tak hanya dirinya, tim futsal, basket juga ikut berkumpul di halaman sekolah. Tetapi ada sedikit keributan, teman-teman Alegra sedang beradu dengan salah satu guru karena mereka menginginkan membawa sesuatu yang berkaitan dengan sekolah mereka.
"Tidak boleh! Jadi suporter yang kondusif, kalian pergi bawa nama sekolah. Kalau terjadi apa-apa bagaimana?!"
"Ya elah pak kan cuma bawa bendera." tukas Bara berdecak sebal.
"Emangnya kenapa kalau ga bawa?! Ga ada ngrugiin juga. Kalau kalian ga setuju ya udahlah kita ga usah bawa suporter!" kesal suami bu Manis sembari berdecak pinggang.
"Yahh jangan dong pa. Udah siap-siap gini masa ga jadi." seru siswi lainnya.
"Makanya nurut kalau dibilangin!"
"Udahlah Bar, kita ga usah bawa apa-apa. Mau kalah rame pun yang penting ada suporter." kata Alegra memisahkan.
"Semangat Al, gue doain dari sini semoga lo menang." kata Vela nampak tersenyum lebar di hadapan Alegra.
Greya memperhatikan mereka, terlihat jelas gadis itu menyukai Alegra dari caranya berbicara saja mudah ditebak.
"Udah sana siap-siap. Yang puteri yang ga bawa motor bisa boncengan sama temennya ya."
"Yah Grey gue ga bawa mobil. Ini aja nebeng sama Vanya." tukas Naomy dengan nada menyesal.
Helena menatap Greya tidak enak. "Gue juga sama Dion lagi Grey, gimana dong?"
"Bang lo boncengan sama siapa?" tanya Naomy pada Sandi.
"Kenapa? Lo mau bonceng?"
"Temen gue, Greya. Boncengin ya?"
"Sama gue aja Grey, enak nih gratis peluk lagi." sela Kai dengan cengirannya.
Sandi berdecak mendengarnya. "Yang ada Greya mental. Udah Grey sama gue aja."
"Greya sama gue." tukas Alegra menarik pergelangan tangan Greya sampai gadis itu dibuat terperangah kaget.
"Ga gue sama kak Sandi aja."
"Ga apa-apa, lo sama Alegra aja." ucap Sandi mendukung temannya.
Vela yang masih ada di sana memperhatikan Greya lekat sebelum menyenggol Rendi di sebelahnya. "Itu Greya adeknya Alegra?"
"Iya. Kenapa?"
"Cuma tanya." Vela kemudian tersenyum memikirkan cara agar semakin dekat dengan Alegra.
Setelah persiapan semua orang saling berboncengan dan siap dengan motor masing-masing, tanpa menunda banyak waktu mereka segera melaju dengan Alegra memimpin bersama teman-temannya. Ingatlah ini adalah kali pertamanya setelah mereka menjadi mantan, rasanya sangat mustahil. Bahkan untuk berpegangan tangan saja Greya ragu.
"Pegangan." pinta Alegra menatap Greya dari kaca spion.
"Apa?" tanya Greya tak kedengaran sampai mendekatkan wajahnya.
Katakan pada semua orang jika Alegra benci mengulang ucapannya, dan kini tanpa basa-basi ia langsung menarik tangan Greya agar mau berpegangan padanya.
Sedangkan Greya, dia seperti patung sekarang. Memeluk tubuh Alegra kaku bahkan sampai menahan nafas, ini seperti ia baru pertama kali melakukannya dengan Alegra apalagi di belakang sana ada teman-temannya yang pasti memperhatikan. Greya malu tapi ia enggan untuk melepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denouement ALEGREYA
Teen FictionAwal kepindahan Greya ke rumah ayah tirinya membawanya bertemu dengan ketua Lavegas. Alegra Zeftiano, sekaligus lelaki yang pernah memiliki hubungan spesial dengannya. Tidak ada yang berubah, semua tetap sama, lalu bagaimana dengan perasaan mereka?