02

179 105 107
                                    

Sampailah mereka di ruang kerja Liam. Liam tentu mempersilahkan Hearly untuk duduk di kursi kebesarannya, sedangkan dirinya sendiri duduk di meja dengan alasan ingin melihat wajah sang istri lebih dekat.

"Jadi, ada apa sayang?" tanya Liam, yang sedari tadi tidak bisa berhenti tersenyum.

Hearly memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Dengan lirih, ia membalas, "Aku akan bertemu Xander,"

Liam tampak berpikir, lalu berajak mencari dokumen di rak. Setelah mendapatkannya, ia mencari halaman mengenai orang yang di maksudkan oleh Hearly.

"Xander Walcott?" tanyanya memastikan, sembari menunjukan dokumen berisi Xander Walcott.

Hearly melirik dokumen itu, dapat dengan jelas netranya melihat foto Xander. Hearly pun langsung menatap Liam terkejut.

"Kau mengenalnya, Liam?"

Pertanyaan itu muncul, membuat Liam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya, aku dulu pernah bekerja sama dengan ayahnya," balasnya ragu.

Hearly mengangguk sebagai balasan.

Melihat hal itu, Liam seketika diam. Pandangannya kian berubah menjadi dingin, menusuk. Siapapun yang melihatnya pasti akan lari ketakutan, berbeda dengan Hearly dia malah menatapnya penuh tanda tanya.

"Apa kamu yakin akan bertemu dengannya? Ada urusan apa?" tanya Liam, dengan nada dinginnya.

Hearly paham sekarang, Liam mengkhawatirkan dirinya.

"Aku harus bertemu dengannya, ini tentang bisnis, Liam," balasnya, sembari mengelus tangan Liam menyakinkan.

Liam menghela nafasnya lelah, mengelus pucuk rambut sang istri penuh kasih sayang bahkan mengecupnya sedikit lama.

"Jaga dirimu, Arly."

Keluarlah Hearly dari ruangan Liam. Namun, baru saja ia keluar dari sana terlihat seorang gadis yang berpakaian kurang bahan, sedang membawa berkas menunggu di pojokan.

Ia menelisik penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Tatapan penuh jijik ia tampilkan, sampah seperti ini masih saja di terima huh? fikirnya aneh.

"Hei, kemari lah!" panggil Hearly pada gadis itu.

Gadis itu yang tak merasa terpanggil, tetap setia menghiraukan keberadaannya sedari tadi. Dengan geram, Lauva menatap gadis itu tajam.

"Lady memanggilmu! Kenapa malah diam saja?!" bentak Lauva, mengejutkan gadis itu.

"I-iya La-lady?" tanya gadis itu, menunduk dengan memperlihatkan belahan dadanya.

Hearly mengangkat sebelah alisnya melihat hal itu. Ia tertawa kecil, mengejek penampilan gadis di depannya ini. Dada kecil, muka menor, pakaian tipis, body kurus, sangat tidak pantas menyaingi seorang Lady.

Ia mendekatkan dirinya terhadap gadis itu, lalu membisikkan sesuatu tepat di telinga yang mampu membuat gadis tersebut mengepalkan tangannya marah.

"Lain kali, kalau mau menggoda suami saya itu harus bisa menyaingi saya sebagai istri sah! You're understand little girl?"

Selesai membisikkan padanya, Hearly langsung pergi di ikuti Lauva dan bawahannya. Sedangkan gadis itu sudah merah padam menahan marah karena merasa di rendahkan oleh Hearly.

Cih! Baru istri aja songong banget dia! Cantikan juga gue!! Lihat saja nanti! batinnya, merenggut kesal.

Tanpa mereka sadari, Liam menguping pembicaraan istrinya dengan Antasya, sekertaris barunya. Bahkan ia dapat dengan jelas melihat ekspresi kesal dari Antasya, dan ia yakin pasti Hearly membisikkan sesuatu yang membuatnya seperti itu.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang