Semua akan kembali ke tempatnya semula.
🕸️🕸️
Alih-alih Tuhan berpihak padanya untuk pergi ke sang Kuasa. Samar-samar ia melihat ada seseorang yang menyusulnya. Tangan orang itu menggapai tubuhnya, membawa ia keluar dari air tersebut. Kenapa? Apa aku tidak boleh tiada sekarang? pikirnya, sebelum kesadarannya menghilang.
Orang itu berhasil membawa Hearly keluar dari dalam air. Napasnya memburu, menatap heran pada gadis di sebelahnya ini. "Apa dia gila?!" pekiknya, mengusap kasar wajahnya.
Gadis yang tidak sengaja ditemui, dan menjadi saksi pembunuhan yang ia lakukan. Pada awalnya, ia ingin membiarkan gadis ini tiada. Namun entah mengapa, hatinya berkata lain. Ia malah meloncat dari batas jembatan hanya untuk menolong gadis asing ini.
Ia menatap lekat wajah Hearly. Satu kata yang pasti. Sangat cantik. Tanpa sadar, tangannya terulur tuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Hearly. Belum saja ia mengatakan sesuatu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Hingga mau tak mau membuat ia meninggalkan Hearly sendirian.
Saat diperjalan menuju ke rumahnya, ia masih teringat jelas akan wajah cantik dari wanita yang ia tolong tadi. "Ternyata aku menemukan mawar yang lebih menarik," ucapnya, sembari bersemu.
"Anda kenapa basah kuyup seperti ini, Tuan? Apa yang telah terjadi pada anda?" tanya sang pelayan, saat melihat tuannya pulang dalam keadaan buruk.
Pemuda itu lantas menatap dirinya sendiri. Wajahnya kembali besemu merah, kala ingatannya tertuju pada wanita tadi. "Tidak apa-apa," balasnya, tersenyum kecil.
Pelayan tersebut menatap sang Tuan dengan lekat. "Apa anda sakit, Tuan? Wajah anda memerah, apa perlu saya bawakan obat?"
Pertanyaan yang terontar itu, membuat pemuda tersebut memalingkan mukanya. "Benarkah?" gumamnya, sembari memegang wajahnya.
"Sepertinya aku jatuh cinta," ujarnya secara tiba-tiba, membuat pelayan itu kebingungan.
Sebelum sang pelayan bertanya lebih lanjut, ia lantas pergi dari sana menuju ke kamarnya. Usai membesihkan diri, kini dirinya sedang berada di balkon kamar yang terdapat banyak sekali tanaman bunga mawar.
Menikmati semilir anginnya sang malam. Harum bunga mawar yang bertebaran, membuat ia menutup matanya perlahan. Wajah itu, terus berputar diingatannya. Senyum manis merekah sempurna, diiringi wajah yang memerah. Sebuah ketertarikan yang berbeda. Tidak ada hasrat ingin memilikinya sebagai mangsa, tetapi sebagai mawarnya. "Ah, baru kali ini aku merasakannya,"
Sinar matahari pagi menyinari, tepatnya di kediaman Odelian. Terlihat Hearly membuka matanya samar-samar. Melihat sekeliling yang tak asing dengan ruangan yang ia tempati. Aku di rumah? pikirnya, sembari mendudukkan dirinya secara perlahan.
Seketika, ingatan semalam melintas dibenaknya, air matanya meluruh tanpa permisi. Ia mulai menangis, menumpahkan seluruh emosi yang selama ini ia tahan. Tangisan yang sangat memilukan, jeritannya terdengar seperti orang gila. Hearly menjambak rambutnya dengan kuat, memukul-mukul kepalanya guna mengeluarkan semua hal yang terjadi.
"BRENGSEK!!! KENAPA BUKAN AKU SAJA YANG MATI!!" raungnya, memukul-mukul tubuhnya dengan keras.
"MATI SAJA! MATI SAJA DIRIKU YANG TIDAK BERGUNA INI!!!!"
Usai mengatakan itu, ia langsung mencari sesuatu. Netranya menangkap vas bunga yang berada di sudut ruangan. Kemudian, ia mulai turun dari ranjang dan berjalan secara perlahan ke arah vas itu. Suara pecahan yang amat nyaring ia timbulkan, kala dirinya membanting vas bunga tersebut ke lantai dengan keras. Melihat adanya kepingan dari vas yang tajam, ia pun mengambilnya tanpa ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Rose
DiversosMawar merah ini, terlalu cantik untuk sekedar dipetik maupun dikotori. [Follow terlebih dahulu sebelum membaca!] Dia wanita 24 tahun. Dia hidup tanpa adanya kekurangan. Dia melakukan hal yang diinginkan, dan sangat membenci jika satu dari keinginann...