Akibat pertengkaran kecil tadi, Hearly termenung menatap pantulannya didepan kaca. Perkataan dari sang ayah tentang penolakan hubungannya dengan Stanley, sangat mengganggu dirinya hingga kini. Terlebih lagi, tanpa sepatah kata maupun izin, sang ayah malah menikahkan Alisha dengan kekasihnya.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu, Ayah. Meski kamu menyakiti hatiku, aku masih percaya bahwa kamu memiliki alasannya tersendiri."
Perkataan yang amat lirih dari Hearly, menatap cermin seolah-olah cermin itu menunjukkan kilas balik mengenai percakapannya dengan sang ayah.
"Ayah, aku mencintai seseorang!" pekik Hearly, menatap binar sang ayah.
"Masih kecil sudah mengenal cinta, hm?" tanya Vien, mengusap surai lembut Hearly yang dibalas senyuman manis olehnya.
"Siapa laki-laki yang telah merebut hati putriku ini?"
Pertanyaan Vien kali ini, membuat Hearly berpikir sejenak lupa akan nama kekasihnya.
"Stanley! Namanya Stanley Wallcot!!" balasnya cepat, saat berhasil mengingatnya.
Senyuman Vien kian meluntur saat mendengar kalimat itu. Tanpa mau menatap Hearly, ia berkata, "Putuskan dia, Arly."
"Apa? Tapi, kenapa?"
"Ini demi kebaikanmu, putuskan dia dan cari lelaki lain yang melebihinya. Ayah hanya tidak ingin terjadi apa-apa padamu, Nak. Menurut lah untuk kali ini," jelas Vien, mencoba membuat sang anak mengerti.
"Apa Ayah sadar telah menyakitiku?" tanya Hearly, menundukkan kepalanya.
"Ayah tahu itu, tapi-" belum saja Vien meyelesaikan kalimatnya, Hearly sudah terlebih dulu memotong.
"Sampai kapan pun, tidak akan meninggalkan Stanley, Ayah!!"
Usai mengucapkan hal itu, Hearly langsung pergi meninggalkan Vien. Tentu saja tanpa sepengetahuan Hearly, Vien segera mencari ponselnya tuk menelpon sang istri.
"Luna, aku berpikir, bagaimana kalau kita menikahkan Alisha dengan Stanley?" tanya Vien, saat telponnya menyambung.
"Kenapa tiba-tiba? Bukannya kamu tidak ingin pernikahan ini berjalan?"
"Yah itu dulu, tapi mereka sudah kesini hanya untuk hal itu bukan? Dari pada diabaikan, lebih baik kita menerima saja pernikahan ini,"
Luna diam sesaat, sampai pertanyaan dari Luna membuatnya sedikit kaget.
"Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan?"
"Mana ada! Sudah, hubungi saja dia!" balasnya cepat, segera mematikan telepon itu.
Kembali lagi pada Hearly, mengingat kenangan pahit itu membuat dirinya geram. Bukan karena marah pada sang ayah, tapi merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tidak mau menuruti kemauan Vien dan malah berujung sakit hati. Tapi, ada satu hal yang sangat mengganggu dirinya. Aku ingin mengetahui motif terselubungmu, Ayah, batinnya.
Menghembuskan napasnya kasar, ia berdiri dari duduknya. Karena tidak ingin tidur lebih awal, Hearly lantas pergi keluar kamar. Ia hanya berjalan tanpa tujuan. Terlebih lagi, mansion yang saat ini sudah sangat sepi, sangat pas untuk keadaannya saat ini.
"Kamu tidak bisa tidur?" tanya seseorang tepat dibelakang Hearly, yang berhasil membuatnya terpenjat kaget.
Kekagetan Hearly, membuat orang yang dibelakangnya itu sedikit merasa bersalah. Berbeda dengan Hearly, ia langsung berbalik badan tuk melihat siapa orang yang telah mengagetkan dirinya ini. Ayah? pikirnya, saat melihat sang pelaku adalah ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Rose
RandomMawar merah ini, terlalu cantik untuk sekedar dipetik maupun dikotori. [Follow terlebih dahulu sebelum membaca!] Dia wanita 24 tahun. Dia hidup tanpa adanya kekurangan. Dia melakukan hal yang diinginkan, dan sangat membenci jika satu dari keinginann...