10

90 61 74
                                    

Setelah pencurian ruby dari tangan sang ketua Black Rose, Hearly langsung menuju ke markasnya berada. Dengan Xander dan anggota Zayx lainnya yang setia mengikuti tanpa sepatah kata. Saat sudah sampai, para anggota Zayx dipersilahkan untuk bersantai tanpa merasa takut. Sementara Xander ia suruh untuk mengikuti sampai ke ruang pribadi miliknya.

"Duduklah," titah Hearly, sambil mendudukkan dirinya ke sofa.

Xander mengernyitkan dahinya heran. Ia disuruh duduk tapi, tidak ada kursi lain selain sofa yang telah diduduki oleh wanita itu yang tak lain, Hearly. Mau tak mau Xander langsung mendudukkan dirinya ke lantai dan menatap sebal ke arah Hearly.

Hearly sendiri tidak memperdulikan kebingungan dari Xander. Karena Hearly sedang asik menatap ruby yang kini telah ia dapatkan. Meletakkan ruby tersebut di dalam kotak kaca, untuk dapat melihatnya lebih leluasa. Meski ruby yang di dapatkan adalah hasil dari perpecahan ruby sesungguhnya, tak membuatnya kagum akan kecantikan yang terpancar dari ruby tersebut.

"Aku tidak akan bertanya, mengapa kamu mau menerima tawaranku," ujar Hearly, memulai pembicaraan.

Menghela napasnya kasar, Xander pun mengatakan, "Lo tahu sendiri, alasan gue itu ... ingin hak tambang emas gue kembali,"

"Tunggu! Apa?" beo Hearly, mencerna perkataannya.

"Lo berpikiran kalau gue ngebantu karena ingin wilayah itu? Oh! Atau lo pikir gue mau Black Rose??"

Berbagai pertanyaan dari Xander, sangat menohok bagi Hearly. Hearly tidak mengira bahwa Xander mengetahui rencananya. Melihat kediaman Hearly, membuat Xander terkekeh pelan.

"Gue gak seperti itu, Lady. Gue gak haus wilayah, bahkan gue rela kalau Zayx ada di tangan lo dan semua wilayah gue jadi milik lo. Tapi ...," ucapnya, diam sejenak. Lalu menatap Hearly dengan serius, ia kembali berujar, "Balikin tambang itu ke gue, Lady,"

Hearly diam. Pikirannya mengenai Xander, SALAH TOTAL!! Xander sangat berbeda dengan ayahnya, dia lebih mirip ke sang ibu yang tidak haus akan kekuasaan. "Kenapa kamu sangat menginginkannya, Xander?" tanya Hearly, kian melembut.

"Bagi gue, tambang itu lebih dari segalanya. Memang benar, gue pernah ngebuat tambang itu rugi besar. Tapi, ibu gue yang memberikan dengan hasil kerasnya sendiri. Cuma tambang itu satu-satunya peninggalan ibu sama gue,"

Xander tersenyum, saat kenangan indah bersama sang ibu mulai bermunculan di otaknya.

"Gue sayang sama ibu, cuma dia yang selalu ada buat gue ... Lo tahu? Deon gak pernah lihat gue, Lady. Memang benar, dia selalu berikan apa yang gue mau dengan uangnya. Tapi yang gue butuhkan kasih sayang sebuah keluarga, bukan kerja dan uang. Apa artinya keluarga kalau perilaku orang tua ngebuat anaknya terluka? Padahal niat mereka untuk kebaikan anaknya," lanjut Xander menatap teduh pada Hearly.

Memegang kepalanya sedikit pusing, Hearly merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia berpikiran bahwa Xander seperti dirinya? Sia-sia sudah hasil kerjanya selama ini untuk Xander.

"Apa kamu bisa membuat tambang itu berjalan lancar?" tanya Hearly, pelan.

"Tentu gue membutuhkan campur tangan suami lo. Dan gue janji, jika lo bisa nyerahin tambang itu ke gue ... tambang berlian lo tidak akan merasa tersaingi," balas Xander yakin.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang