07

106 63 52
                                    

Hai saya Ray, maaf untuk seminggu kemarin tidak ada update dari cerita ini. Dan juga saat kemarin kamis saya ingin update malah kuota habis :)
Tapi untuk hari Jum'at ini saya akan update sebagai ganti hari Kamis.
See u next time!

Xander berjalan sembari melamun. Dia masih saja memikirkan mengenai perkataan Lady Odelian 'Kita akan bertemu lagi,' sungguh kata itu terus terngiang-ngiang di otaknya hingga kini. Sampai tak sadar, kakinya melangkah ke sebua pemakaman umum.

Xander berhenti sejenak, menatap datar gundukan tanah itu yang suatu saat ia pasti akan di sana juga. Tapi atensinya, teralihkan seseorang yang sangat ia kenali, sedang menaburkan bunga di salah satu makam. Langkah lebar ia ambil untuk mencapai orang itu, tapi naasnya orang tersebut terlebih dahulu pergi sebelum jarak mereka menipis.

Xander pun berlari berusaha tuk menggapai lengannya. Tapi yang ada para bodyguard orang itu sudah siap melindungi. Ia menatap orang tersebut dengan tatapan yang sulit di artikan. Bahkan kedua netra mereka berdua saling bertemu. Tidak ada ucapan sama sekali, hanya senyum manis yang di tujukan pada Xander.

Masuklah orang itu ke mobil di ikuti bodyguardnya, meninggalkan Xander melamun dengan pikiran yang berkecamuk. Senyum yang sudah sejak lama ia rindukan, membuat butiran air mata meluncur tanpa permisi.

Berbagai kenangan masa lalu, muncul satu persatu. Bahkan kakinya tak mampu tuk menahan tubuh tegapnya, ia jatuh terpuruk dengan kesedihan yang mendalam.

Selang beberapa menit, ia sudah bisa mengontrol kesedihannya. Tak ada lagi tangisan menyakitkan. Karena detik itu juga tergantikan dengan tatapan penuh kebencian, dan balas dendam yang begitu mendalam. Ia tak bodoh untuk tidak mengetahui adanya liontin ruby yang terpampang jelas pada orang tersebut.

Guratan emosi tak bisa lagi di bendung. Hanya satu nama, satu tempat, dan satu-satunya orang yang akan membantunya. 'Lady Odelian'.

"So? Kita bertemu lagi kan, Xander?" 

Pertanyaan mengejek dan angkuh yang terlontar dari bibir manis Hearly. Menatap datar terhadap sang lawan bicara. Hearly tidak mengetahui tujuan Xander, tapi yang Hearly ketahui, saat ini Xander sudah berada di bawah kendalinya.

"Gue butuh bantuan lo, Odelian," balas Xander, serius.

Healry menaikkan sebelah alisnya penasaran.

"Apa itu?" tanyanya.

"Gue ingin hak pemilik tambang emas itu lagi! Setelah lo berikan apa yang gue mau, gue anggap itu sudah impas dengan bantuan kemarin!" tegas Xander, yang langsung pergi dari markas Red Devil's tanpa mendengar persetujuan dari Hearly.

Sementara Hearly sendiri tersenyum kecil dengan tingkah Xander.

"Lauva," panggil Hearly, menatap serius ke depan.

Lauva yang terpanggil langsung suigap mendekati sang Lady.

"Yes, Lady?"

"Buatlah jalan rahasia menuju markas Black Rose, aku ingin melihat apakah dia ada di pihakku atau di pihak bibinya," perintahnya mutlak.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang