Me and You 4

39 19 42
                                    

Permainan takdir.

🕸️🕸️

Tiga hari kemudian.
Hari berganti seiring waktu. Pagi menjelang malam dan berputar mengikuti rotasi. Tidak terasa sudah terlewat satu minggu, begitu juga dengan usia kandungan Hearly. Namun, di pagi buta ini, dikediamannya, Hearly sudah kedatangan tamu yang sangat enggan untuk ditemui olehnya.

Minuman yang disuguhkan masih utuh tak tersentuh. Es batu yang dingin itu, kian mencair. Berbanding terbalik dengan suasana diantara mereka, yang nampak membeku tanpa interaksi.

Hearly menghela napasnya pelan. "Ada perlu apa kau kemari, Tuan Fedrick Algan?" tanyanya, pada lelaki didepannya saat ini.

"Aku hanya ingin melihat keadaanmu," balas Fedrick, menatap teduh Hearly.

Mendengar balasan itu, membuat Hearly berdecak pelan. "Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," acuhnya.

"Arly, ijinkan aku untuk bersamamu," ucap Fedrick, secara tiba-tiba. Hearly mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Lantas, Fedrick kembali berkata, "Aku akan menjagamu, menjaga anak kita. Aku pasti akan memberikanmu kebahagiaan, Arly. Ijinkan aku berada disisimu, mendampingimu-"

Belum perkataan Fedrick usai, Hearly terlebih dahulu manyahutnya, "Kenapa aku harus mempercayai omong kosongmu?"

Tidak membiarkan Fedrick tuk membalas, ia kembali bersuara, "Sudah berapa banyak orang yang telah kau tipu?"

Pertanyaan cetus yang ditujukan pada Fedirkc itu, membuat Fedirkc terkejut. "Apa maksudmu, Arly? Aku bukan orang seperti itu!" tegasnya membantah.

Nampak Hearly memijit pelipisnya. "Aku lelah. Pergilah dari rumahku, sebelum aku mengusirmu, Fedrick," kata Hearly pelan.

"Tapi-" lagi-lagi ucapan Fedrick terpotong oleh Hearly.

"Pergi dari sini!!" tegas Hearly mengusirnya.

Dengan berat hati, Fedrick berdiri dari duduknya. Menatap Hearly sejenak, ia berujar, "Baiklah, aku akan bertemu denganmu lagi, saat kamu sudah siap untuk mendengarkanku."

Usai kepergian lelaki itu, Hearly bernapas lega. Meraup wajahnya kasar, ia menyenderkan tubuhnya di sofa. "Sungguh melelahkan," gumamnya, sembari memejamkan matanya tuk beristirahat sejenak.

Indonesia.

Sementara itu, di tempat lain, terlihat seorang wanita berambut pendek, yang sedang mencari-cari sang anak. "Xander! Kamu dimana, Nak?!" teriaknya, memanggil sang anak.

"IBU! AKU DISINI!!" dari arah luar rumahnya, terdengar suara teriakan yang menyahut panggilannya itu.

Segera ia berlari menuju sumber suara. Betapa terkejutnya ia saat melihat sang anak yang sedang duduk tenang diatas pohon. Dengan khawatir, ia mulai bergegas mengambil tangga lipat di gudang. Usai mengambil benda itu, barulah ia mengangkat sang anak.

"Kenapa kamu bisa ada disini? Nanti kalau kamu jatuh bagaimana? Kamu mau Ibu jantungan karena tingkahmu?" tanyanya beruntun itu, ia keluarkan ketika menurunkan Xander dari gendongannya.

Xander kecil berusia 12 tahun itu, hanya menampilkan senyum tanpa dosanya. "Aku cuma main, Ibu,"

"Main apa sampai ke atas pohon?!" celetuknya, melototi Xander.

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang