Sudah terlambat untukku bisa pergi darimu.
🥀🥀🥀
07.30
Hearly baru selesai membereskan barang-barangnya, meski sebagian besar yang menata adalah Yuna dan Lauva. Usai hal itu, Hearly pun menatap ke arah Yuna dan Lauva.
"Yuna, tolong buatkan aku makanan seperti biasa. Dan untuk kamu Lauva, pergilah ke markas untuk mengecek keadaannya karena aku hari ini tidak bisa ke sana," kata Hearly, memerintah dengan lembut.
"Baik, Nona. Kami permisi," balas mereka, lalu menunduk sekilas dan pergi meninggalkannya.
Setelah mereka pergi, Hearly pun mengambil handuk dan bersiap mandi. Beberapa menit berlalu, ia sudah selesai bersiap-siap. Menatap pantulan dirinya di cermin, membuat senyum kecil terbit di bibirnya. Aku memang selalu cantik, batinnya memuji diri sendiri. Saat hendak ia berdiri, suara ketukan pintu kamarnya terdengar. Belum saja dirinya membuka atau pun sekedar berkata, sang pelaku sudah terlebih dahulu mengucap.
"Arly, kamu sudah selesai?" tanya orang itu, yang tidak lain adalah Fedrick.
Mendengar hal itu, ia segera beranjak dari sana dan membuka pintu kamar. "Ada apa?" tanya Hearly, menaikkan sebelah alisnya.
Fedrick tersenyum, lalu membalas, "Mari kita turun untuk sarapan,
Mendengar hal itu, Hearly pun kembali memasuki kamar tuk mengambil ponsel. Setelahnya, menghampiri Fedrick dan menganggukkan kepalanya. Tentu saja, Fedrick pun mempersilahkan Hearly untuk berjalan terlebih dahulu dan diikutinya dibelakang. Sampailah mereka berdua di ruang makan, yang sudah terdapat Yuna, Hera, Lauva, dan pelayan lainnya.
Hearly pun menduduki kursinya, menatap banyaknya hidangan favoritnya tak membuat ia semangat sama sekali. Tanpa menunggu Fedrick, ia mulai memakan sarapannya dengan lesu. Sangat sepi. Itulah suasana hatinya saat ini. Fedrick tentu paham akan perasaannya, rasa bersalah terus menyerang dirinya. Tapi apalah daya mereka berdua, tidak ada yang salah dalam hal ini, karena sama-sama menjadi korban nafsu masing-masing.
Saat sarapan mereka habis tak tersisa, Hearly yang mulai memakan kue kesukaannya dalam diam dan Fedrick tengah menikmati kopi. Fedrick diam sejenak, lalu memiliki meletakkan kopinya yang tinggal separuh itu, dan menatap Hearly.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Fedrick, mencairkan suasana.
"Aku tidak tahu. Aku tidak ingin kuliah dan bekerja, mungkin hanya mengurus bisnis ku sendiri," balas Hearly pelan.
"Kamu sudah lulus SMA? Aku pikir masih kelas 12,"
Mendengar hal itu, Hearly pun mengangguk. "Aku sudah lulus, sehari sebelum pertunangan kakakku,"
"Jadi, bisnis apa yang kamu maksud tadi?"
Hearly diam sejenak. Lalu mengambil irisan apel yang sudah dikupas, dan mulai memakannya.
"Senjata. Dan, yah mungkin kau sudah mencari identitas diriku. Aku ketua Red Devil's," balasnya, menatap Fedrick.
"Aku tahu. Tapi untuk bisnis pribadimu, aku tidak mengetahuinya. Mau aku bantu menjualnya?" tawar Fedrick, tersenyum tipis.
Hearly mengedikkan bahunya, mengambil lagi potongan apel tersebut. Tanpa melihat Fedrick, ia membalas, "Asalkan tidak keberatan," usai mengatakan itu ia mulai memakan apelnya.
"Sama sekali tidak,"
Setelah perbincangan singkat tersebut, Fedrick mengecek ponselnya. Banyaknya notifikasi pesan, dan yang mencuri perhatiannya adalah pesan dari suruhannya. Menutup kembali ponselnya, ia menatap Hearly.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fire Rose
RandomMawar merah ini, terlalu cantik untuk sekedar dipetik maupun dikotori. [Follow terlebih dahulu sebelum membaca!] Dia wanita 24 tahun. Dia hidup tanpa adanya kekurangan. Dia melakukan hal yang diinginkan, dan sangat membenci jika satu dari keinginann...