Memories 10

66 27 74
                                    

Kemenangan sang mawar merah diatas kematian sang raja di tangan cintanya.

🥀🥀🥀

Sementara itu, di kediaman Leo dan Yera. Baik di dalam maupun luar mansion, terdapat mayat yang tergeletak bersimbah darah. Banyaknya mayat dari pengawal Leo, membuat sang pemilik mansion menatap datar pada orang yang telah melakukan semua itu.

Sang pelaku yang tampilannya tak beda jauh dengan mayat-mayat itu. Banyak darah di pakaian mereka, tatapan tajam yang seakan ingin memangsa siapapun dengan hidup-hidup. Seperti monster. "Apa sekarang kau puas, telah membunuh semua anak buah ku?" tanya Leo, tanpa adanya emosi sedikit pun.

Hearly, dengan Lauva dan Jay yang telah melumpuhkan semua anak buah Leo dan masuk ke kediaman mereka. Mendengar pertanyaan tersebut, Hearly hanya menampilkan senyum miringnya, menatap Leo dan Yera yang masih bisa duduk santai disaat keadaan seperti ini.

"Aku rasa, kalian sudah mengetahui hal ini,"

Menghela napasnya berat, Leo mulai berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Hearly berada. "Bisa kita berbicara berdua, Hearly?"

Mengernyitkan keningnya penasaran, Hearly mengangguk ragu.

Sepeninggalan Hearly dan Leo, Yera memandang Jay dan Lauva dengan lembut. "Duduklah, mereka akan lama," titahnya, mempersilahkan mereka berdua duduk.

Lauva mengangguk kecil, lalu membalas, "Tidak Nyonya, kami berdiri saja."

Sementara itu Hearly, dia duduk berhadapan dengan Leo. Tatapan datar Hearly tujukan kepada lelaki didepannya saat ini. Meski Leo menatapnya dengan santai tanpa ada permusuhan, tak membuat Hearly luluh. "Pasti ayahmu sudah memberitahu mu, kenapa aku ingin keluargamu hancur," ungkap Leo.

"Ya. Anda ingin membalaskan apa yang telah ayahku lakukan pada adik anda dan istrinya," jawab Hearly jujur.

Leo tersenyum tipis, lantaran ia mengambil sebuah liontin di laci. "Sebenarnya aku sudah melupakan dendam itu, saat kita pertama kali bertemu, Hearly," ujarnya, menggenggam liontin tersebut.

Lalu ia menatap Hearly yang terdiam, dan kembali berujar, "Aku tertarik denganmu, Hearly. Aku tertarik, bagaimana cucu kesayangan dari lelaki tua itu mampu menangani mafia. Beberapa kali aku menyelidiki dirimu, dan aku menemukan adanya sisi lainmu yang sangat mirip dengannya. Kau hebat, Hearly. Kau memang cucunya,"

Hearly mengernyit heran, dirinya sama sekali tidak mengerti akan ucapan lebar dari Leo. "Lalu?"

"Aku mau kita bekerja sama. Musuh kita sama, Hearly. Kita hanya diadu domba olehnya. Alangkah lebih baik, jika kita bekerja sama-" balasan Leo terpotong saat Hearly tiba-tiba saja menyahut.

"Apa maksud anda musuh kita sama?" sela Hearly, menatap sengit pada Leo.

Leo tersenyum miring, lalu berujar, "Tidak perlu berpura-pura bodoh, Hearly. Kau membenci kakekmu kan?"

Pertanyaan dari Leo mampu membuat Hearly diam mematung. Bagaimana dia bisa mengetahuinya, sialan! pikirnya kesal.

Melihat kekesalan dari Hearly, Leo pun menarik pelan tangan kanan Hearly dan memberikan sebuah liontin padanya. Liontin hati berwarna biru dengan kedua sayapnya. "Aku akan menunggu jawabanmu. Jika kau setuju ikut denganku, tekan liontin ini. Akan tetapi, jika kau enggan ikut bersamaku, hancurkan liontin ini,"

The Fire RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang