15 | Asisten Baru

404 85 23
                                    

Seminggu telah berlalu.

Elang benar-benar memindahkan Nadin ke kantornya sebagai staf administrasi. Prosesnya tidak mudah bahkan sempat bersilat lidah saat meminta Sarah membajak gadis itu sepihak.

"Loe kelewatan Lang, udahlah Nadin di kitchen kita aja. Apaan sih?"

"Gak mau tahu gw Teh, itu kan calon istri Elang. Please lah, demi masa depan lebih cerah.."

"Trus siapa yang gantiin? Taste masakannya udah cocok gitu.."

"Mpok Yati, atau Susi. Dicoba deh, kan waktu kateringan juga mereka andalan. Dah ya, mulai besok Nadin ikut gw ke kantor. Ada kost-kostan deket kantor juga bisa untuk dia tinggal. Semua gw yang urus Teh.."

Sarah menarik nafas berat dan panjang melihat kelakuan adek bungsunya itu.

"Loe kalo bukan adek gw, dah gw tendang Lang. Kelakuan ya!"

Elang kontan berbahak mendengar gerutuan kakak tercintanya itu. Dia langsung saja merangkul bahu saudaranya itu hangat.

"Makasih tetehku yang cantik, kaya, dan bahenol. Muaaahh sekebon dah yaaa"

Sarah tertawa kecil lalu menggeplak bahu adiknya itu pelan.

"Klo serius halalin cepet, jangan sampe berantem sama si Apau. Males lah liatin sodara rebutin cewek yang sama"

"Maunya gitu, tapi Nadin masih bungkam aja belon kasih jawaban. Gw masa maksa dia diakadin, bahaya lah klo kagak mau diajak blaem blaem. Wkwkwkwk"

Sarah menoyor kepala adiknya yang sableng itu.

"Siapa yang mau sama berandalan kek kamu Lang, kelakuan dan mulut sama barbarnya. Tobat kamu!"

Pria itu terbahak keras mendengarnya. Emang dah, cuma dia yang paling barbar di antara anak-anaknya Ayah Altaf.

"Tunggu Ayah Bunda pulang teh, langsung deh ngajak ngelamar Nadin. Dah gak kuaat tahu teh, tahu lah kebutuhan cowok ganteng sini kek apa, mana tahaaann. Hahahaaa"

Sarah kembali menoyor kepala adiknya itu lebih keras dari tadi. Mulutnya itu lho, asli kayak kagak sekolah. Huh!

Tapi dibanding Paundra, entah kenapa ia lebih sayang pada Elang si bungsu. Mungkin karena dulu ia lebih banyak mengasuhnya daripada Paundra yang sering sakit-sakitan dan lebih kolokan.

Ternyata adiknya ini sudah besar dan akan menikah menyusul dirinya. Syukurlah semoga jodohnya dimudahkan.

Hanya saja, bagaimana nasib Paundra jika Elang menikah dengan Nadin? Akan semarah apa nanti dia ya?

Ah sudahlah, yang penting adiknya itu lekas sembuh dan pulih seperti sediakala. Semoga saja pengobatan di luar sana cocok untuk penyakitnya. Semoga.

🌷

"Mas, kerjaan aku dah beres kan?"

Nadin menghadap Elang yang masih saja berkutat dikomputernya di ruangan. Jujur ia risih juga sejak kerja disini karena mendadak jadi sekretaris pribadi Elang yang sama sekali tak ia sangka. Benar-benar deh.

Hari-harinya yang biasa berkutat di dapur, sekarang berubah menjadi banyak dibalik meja dan bahkan sesekali pergi dengan atasannya untuk rapat kesana-sini. Alasannya Elang membutuhkan notulen agar ia bisa fokus dalam deal-deal proyeknya.

"Hhmmm..." Singkat lelaki itu menjawabnya.

"Boleh pulang sekarang?"

Elang menoleh dan menatap Nadin lesu.

"Loe kan biasa pulang kalo kerjaan gw dah kelar Nad. Udah duduk sono aja, nti pulang bareng.."

Ya ampun, Nadin kesal sekali. Pindah kesini jadwal kerjanya malah jadi aneh-aneh. Setiap malam mendapat tugas tambahan menemani lelaki itu lembur. Mendingan masak aja kalo begini.

Berhenti DikamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang