11 | Rencana

375 90 11
                                        

Mimpi apa ya Nadin belakangan ini? Kenapa gadis itu jadi terjebak di ruang menyeramkan seperti sekarang?

Puluhan mesin berselang warna merah tampak diruangan seluas area lapangan badminton. Belum lagi bunyinya yang bersahutan satu sama lain membuat gadis itu merinding dibuatnya.

Didepannya, Paundra terpejam resah dengan tangan, dada dan kaki berbalut selang berisi darah. Ia tampak masih pucat dan kian tak berdaya. Rambutnya yang agak gondrong, menambah penampilannya menjadi kusut masai. Jadilah membuat Nadin kasian jika menolak permintaannya.

Ketika Nadin datang, Paundra dengan tegas hanya ingin ditemani gadis itu didalam. Jika tidak, ia akan mogok dan mending pulang ke rumahnya. Tentu saja membuat Nadin tidak punya pilihan lain.

Cuma gadis itu heran dengan kelakuannya. Ada ayahnya, ibunya, kakaknya, kenapa harus dia yang menungguinya didalam ruang cuci darah? Mana 4 jam pula. Bisa apa dia di dalam? Tidur? Mana bisa tidur diruangan penuh darah mengalir gitu. Ih, Nadin sampe mengelus dada beberapa kali.

Di luar sana, diruang rawat Paundra, keluarganya menunggu dengan cemas. Kelakuannya itu selalu saja meresahkan mereka sejak dulu.

Sesekali Nadin menatap sosok yang tengah terpejam itu datar. Apa yang dia rasakan disaat cuci darah begini ya?

"Gw ganteng kan?"

Nadin mengerjap.

"Gw gak tidur, cuma lemes aja. Gw juga sadar tahu!"

Lah, bunyi dia!

"Rasanya gimana Mas? Sakit?" Tanya Nadin penasaran.

Netra Paundra terbuka lalu menatap Nadin sendu.

"Sakit ogeb! Loe mau tukeran?"

Ih, gadis itu langsung melengos sebal.

"Gak mau lah, maunya sehat-sehat"

"Bagus, makanya loe temenin gw disini. Sakit gw ilang kalo liat loe"

Eh, apa?

"Maksudnya?"

"Crewet!"

Nadin gondok dibuatnya. Ia mencebik kelakuan saudara atasannya itu yang masih saja menyebalkan walau sakit.

"Senyum loe mahal ya Nad, berapa gw harus bayar?"

Lho, kenapa jadi bicara soal bayar senyuman? Mendadak jantung Nadin berdetak lebih cepat.

"Apaan sih Mas? Gak jelas banget" seru Nadin agak-agak malu. Kenapa juga sih bahas itu?

Laki-laki itu tak membalas lagi dan kembali terpejam. Sepertinya memang omongan absurd tadi cuma efek karena sakitnya aja.

Tapi dihati Nadin, entah kenapa jadi merasa ada kupu-kupu warna-warni terbang didekatnya. Apa artinya ya?

🌷

"Makan Nad, kamu pasti cape ya duduk terus nungguin si bocah tua nakal itu.." Kekeh Sarah saat mereka sudah kembali ke ruangan rawat inap Paundra yang besar dan VIP.

Mereka duduk di kursi tamu didalam ruangan yang didepannya terdapat  beberapa nasi kotak dan juga buah di tempat parcel.

Nadin hanya tersenyum kecil meresponnya.

"Iya mba Makasih"

Paundra sendiri tengah tidur diranjangnya ditemani ibu dan ayahnya. Tampaknya dia kelelahan juga pasca dicuci darah tadi.

"Oh iya Mba, Nadin izin pamit mau pulang ke resto ya. Kasian Chef Komar kewalahan nanti di kitchen."

"Ya udah boleh Nad. Tapi nasi kotaknya dibawa ya. Kamu biar makan di taksi nanti. Kasian pasti lapar nunggu selama itu"

Nadin mengangguk lalu meraih 1 kotak nasi merk resto mereka sendiri. Tak lupa ia mengambil sebotol minuman juga untuk menemani makannya.

"Nadin langsung pamit ya mba, bapak, Ibu.."

"Iya hati-hati.."

Nadin mengangguk ke arah orang tua Altaf yang menoleh kearahnya bersamaan.

Tak Nadin ketahui ketika Pak Altaf, bu Rana dan Sarah, berbincang serius pasca kepergiannya.

"Si Aa naksir gadis itu ya teh? Belum pernah Bunda tahu dia punya pacar atau apa. Yang naksir mah banyak, tuh dirumah suka ada yang kirim bunga coklat macem-macem lah"

"Gak tahu deh Bun, soalnya kan tahu sendiri dia mah introvert"

"Nadin gak ngomong apa-apa?"

"Enggak. Anaknya polos gitu Yah, gak pacaran juga kayaknya. Malahan keknya deket sama si Elang belakangan ini. Napa jadi sama si Aa"

"Iya Ayah ge tahunya sama si Elang. Kenapa jadi bingungin gini ya teh?"

"Ya tanyain anaknya nanti Teh, suka sama si Elang apa si Aa? Klo emang sama si Aa ya udah, nikahin aja lah Yah.. Bunda gak sabar mantuan juga. Kali itu anak jadi lebih baik, lebih seneng dirumah dari pada kabur-kaburan gak jelas. Sekarang mana lagi sakit gini, efek apa coba?"

"Ayah ge sama Teh, tolong ya di tanyain. Segera deh.. biar sat set sat set. Hehee.."

Sarah hanya menyeringai lebar melihat respon kedua orang tuanya. Memang sejak dia menikah dan juga belum memberikan cucu, kedua orang tuanya ingin sekali adik-adiknya segera menikah.

Suatu keajaban juga ketika Paundra mendadak minta ditemani Nadin tadi. Apakah hatinya yang keras sudah mulai mencair? sudah mulai ingin tertarik sama wanita? Entahlah, anak itu adalah si paling manja pada masanya, kelakuannya saja aneh bin ajaib begitu.

Baiklah, Sarah siap menjalankan misi rahasia orang tuanya. Semoga kalau benar jodoh adiknya, semuanya akan berjalan lancar. Aamin.

🌷

Lelah. Itu yang Nadin rasakan saat ini. Dari sore tadi matanya seperti lengket dan butuh untuk di tidurkan.

"Nape lu Din? Ngantuk?" Seru Mpo Yati yang tengah menemaninya di dapur kotor di belakang.

"Iya Mpo. Kurang tidur semalam kayaknya itu. Dah pake kopi juga gak mempan"

"Ya udeh lu izin si Dara sono, tidurin sejam doangan mah. Daripade lu teler berat"

"Boleh ya Mpo? Nadin gak enak.."

"Ya bolehlah, nape lu ribet gini. Boleh, kan lu abis nolongin keluarganya bos juge semalem. Gih sono.."

Nadin lekas mengangguk. Ia lalu berdiri dan berniat mengambil ponselnya di loker pegawai. Tak disangka ternyata telfonnya tengah berdering berkali-kali saat dilihat.

Mas Elang Sayang is calling ...

Lah, tumben. Ada apa itu orang? Tapi Nadin tengah malas menjawab telfon. Yang dibutuhkan saat ini cuma segera ke ruang staff dan izin untuk beristirahat sebentar.

Sayangnya ketika ia tiba di meja Staff, terlihat Sarah yang tengah mengobrol dengan Dara dan langsung memanggilnya untuk bergabung.

"Nadiiin, sini sebentar ya.. ada yang mau Mbak bicarakan"

Waduh, mata udah sewatt begini mau bicarakan apa ya? Nadin sampe pening begini rasanya.

Ada perlu apa ya?

🌷

Hai hai, hutang pekan ini lunas ya.

Sudah baca surat yang entu di hari Jumat kah? Jangan lupa yaa.

Happy Jumuah Mubarak ❤️

Berhenti DikamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang