12 | Kejutan

425 85 21
                                    

Paundra menatap ponselnya sebal. Teman-temannya itu emang kacau semuanya. Dimana mereka saat mau tampil rekaman lusa? Masa harus ia batalkan perjanjiannya? Sayang-sayang.

"Istirahat aa, jangan maen hape terus.."  Cetus sang bunda yang tengah asik mengupasi buah jeruk disamping ranjangnya.

Pria itu mencebik. Rasa sakit ditubuhnya masih terasa dan membuatnya jadi tak nyaman untuk bergerak.

"Mau pulang Bun"

Bu Rana menatap anaknya itu lembut.

"Tunggu hasil dokter dulu. Jangan ngeyel gini. Kalo sakit kan kamu juga yang ngerasain"

"Tapi.."

"Gak usah tapi-tapi. Kamu teh kalo dinasehatin ngelawan aja sih, kenapa?"

Paundra memasang wajah cemberut  sebal.

Tiba-tiba tangan wanita itu mencubit pipi anaknya gemas membuat sang anak kontan berteriak kesakitan.

"Awas kalo kamu gak patuh, bunda sama ayah pulang ke Bandung. Gak bisa dibilangin jadi anak"

"Sakit Buun.." rintihnya kesal

Tiba-tiba sang Ayah muncul lalu menatap keduanya bergantian.

"Ada apa? Berantem lagi?"

"Ini tah anak ayah pisan, lagi sakit oge pengen pulang. Gak bisa diurus!" Celetuk sang Bunda dengan wajah tertekuk.

"Kamu tuh Aa, dengerin kata Bunda kamu atuh. Udah dirawat dulu disini sampe stabil. Kondisi ginjal kamu gak maen-maen tuh. Kamu kira kenakalan kamu ga ada efek? Tuh lihat badan kamu jadi rusak. Ginjal kamu tuh butuh di cuci, mudah-mudahan gak harus rutin. Belum lagi paru-paru kamu tuh, banyak flek kata dokter"

"Gak usah ceramah!" Sahut Paundra dingin.

"Kamu tuh, kalau gak denger kata orang tua mau dengerin siapa??"

"Nadin. Suruh dia kesini, sekarang!"

Giliran kedua orang tuanya melotot tak percaya.

"Ari kamu suka sama dia? Sama Nadin?"

"Pokoknya suruh kesini, sekarang!"

Bunda sampe mencubit lengan anaknya keras-keras dan membuat Paundra mengaduh tak kalah keras.

"Aduh Bun, itu bekas jarum!!!" Teriaknya kesal sambil mengelus lengannya pelan misuh-misuh.

"Biarin, biar sadar!!! Kamu tuh emang pacaran sama dia? Jawab!"

"Iya!"

Kontan keduanya beristighfar dan saling memandang satu sama lain.

"Inget umur, jangan bikin bohong aja. Anak orang itu tuh, jangan sembarangan ngaku-ngaku!"

"Pokoknya bawa dia kesini, rawat Aa. Kalo perlu nikahin aa segera sama dia. Gak mau tahu!!"

Paundra langsung berbalik dan meraih ponselnya. Tangannya mencari-cari sebuah kontak dan langsung melakukan panggilan dengan cepat.

Hingga beberapa saat kemudian, ada jawaban dari sebrang sana.

"Hallo, Mas Paundra.."

"Adi, Loe sekarang juga berangkat ke Jakarta. Bawa Ibu juga pokoknya. Naik taksi atau apalah kesini. Gw butuh loe, segera!"

🌷

Elang melepas kacamatanya lelah. Project satu ini membuat waktunya habis tersita tak terkira. Siang malam ia menuntaskan koreksi demi koreksi agar pelanggannya puas. Bukan apa-apa, nama perusahaannya dipertaruhkan demi suksesnya project ini.

Berhenti DikamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang