Lifeline - 2

46 11 1
                                    

"Kau yakin tidak mau kuantar?" Manager Toko Roti kembali menanyainya entah yang keberapa kali.

Nevya akhirnya dengan kentara menghela napas,
"Tidak papa Tuan Xiang, aku akan pulang dengan bus saja."

Bukan tanpa alasan apa-apa Xiao Xiang—Manager Toko Roti—berminat mengantarkan Nevya pulang, ia jelas paling tahu bahwa perempuan muda tersebut baru saja menjalani tes Gender Sekunder. Ia hanya merasa cemas berlebih.

"Baiklah, aku menyerah!" mengucapkan dengan intonasi yang kentara lelah membujuk. "Tapi ingat, kau harus segera meneleponku jika ada sesuatu yang buruk terjadi."

Nevya yang sedari tadi sibuk mengikat tali sepatunya tentu saja tidak begitu peduli, "Nevya! Kau dengar aku tidak!?"

Nevya berdiri, perempuan muda itu mengangguk, "Aku dengar. Ya sudah selamat malam Tuan Xiang," katanya. Xiao Xiang membelakangi pintu masuk yang sedari tadi sudah terbuka. "Ngomong-ngomong Tuan Calves sudah menjemputmu." imbunya lafi sembari tersenyum lalu melangkah pelan dan menunduk singkat saat berdiri di depan orang yang baru saja ia sebut namanya.

Nevya berlalu dari Toko Roti menuju halte terdekat. Seperti biasa ia akan pulang dengan jadwal bus paling akhir.

***

Rex Calves adalah seorang laki-laki dewasa yang memiliki Gender Sekunder Alpha. Ia juga seseorang yang bekerja di bidang Otomotif serta Pengacara handal bagi mereka yang memang memerlukan pertolongannya tapi tidak memiliki banyak uang untuk membayar.

Laki-laki dewasa yang jugalah teman dekat Kaiser ini kebetulan sudah menemukan Matenya dua tahun lalu. Jauh dari apa yang sudah dirinya sendiri bayangkan, Matenya adalah laki-laki Omega yang berusia tiga tahun lebih muda darinya.

Namanya Xiao Xiang, seorang perantau dari daratan China yang kini bekerja sebagai Manager Toko Roti. Xiao Xiang juga bisa dikatakan maskulin dan feminin pada saat bersamaan.

Pertemuan mereka tidaklah sesederhana hubungan keduanya sekarang. Setelah hampir satu setengah tahun Rex sibuk menolak kehadiran Xiang dan Xiang yang juga tidak mengindahkan penolakan Matenya tersebut, kini hubungan mereka terasa lebih harmonis. Jauh dari berdebat panjang, bahkan hampir bisa dibilang seperti tidak ada pergolakan dalam hubungan mereka.

"Bukankah hari ini Nevya berulang tahun?" Rex mengambil kentang dari piring Xiang. Mereka sedang berada di salah satu restoran cepat saji sebab salah satunya mengeluh kelaparan.

Xiang menghentikan gerakan tangannya, matanya melotot menghadap Rex yang kini keningnya mengerut heran, "Dari mana kau tahu!" Rex kaget. Suara Matenya ini sungguh keras. Beberapa orang di meja sebelah bahkan menatap mereka.


"Aku melihat alarm di ponselmu tadi pagi berbunyi dan ada pengingatnya Babe. Calm down." Rex bukan tipikal laki-laki dewasa yang memiliki sabar sebanyak itu. Tapi perangainya berubah jauh lebih lembut kala berhadapan dengan laki-laki Androgini yang kini menjadi Matenya.

"Oh!" hanya begitu. Moodnya cepat sekali berubah. "Nevya melakukan tes Gender Sekunder tadi dan dia seorang Omega."

Rex tidak kaget. Melihat Nevya yang sangat menyenangkan dipandang mata tentulah perempuan muda itu seorang Omega. Ciri-ciri para Omega melekat pada diri Nevya hanya dalam satu kali pandang. Meski tidak bisa dikatakan bahwa mulutnya cukup sopan seperti perilakunya, tapi Nevya sama sekali tidak akan cocok jika memiliki hasil Beta atau malah Omega.

"Kau melamunkan apa!?" Xiang dengan banyak kecurigaannya terhadap hal kecil.

"Penasaran pada Alpha Nevya nantinya."

"Kenapa begitu?"

"Nevya memiliki aura Omega yang mahal."

Alis Xiang menukik tajam, "Maksudmu aku biasa-biasa saja!? Yang benar saja!"

Rex yang baru saja menyadari ucapannya buru-buru meraih tangan Xiang, "Hei kalian berbeda! Tentu saja aku lebih tertarik kepadamu."

***

Setelah hari itu, ia tidak begitu memperdulikan Gender Sekunder miliknya. Tidak ada yang berbeda, pikirnya demikian.

Arnevya Gideon adalah anak yatim piatu. Perempuan muda itu tumbuh dengan didikan Ibu Panti sampai ia bisa melakukan semuanya sendiri. Memilih keluar dari Panti Asuhan setelah ulang tahunnya yang ke delapan belas dan menyewa satu flat kecil berukuran tiga kali empat meter di salah satu kawasan yang jauh dari pusat kota.

Menghela napas kentara, ia melepaskan tas selempang miliknya dan mengambil botol air minum di meja samping tempat tidur. Meneguknya dengan rakus sampai habis. Ia tidak membeli minum saat perjalanan pulang takut uangnya tidak cukup untuk membeli makan esok hari.

Sama seperti hari-hari biasanya, ia malas mengeluh. Hal itu tidak menghasilkan apa pun baginya. Menuju lemari pakaian dan mengambil yang akan ia pakai untuk tidur malam ini, ia menuju kamar mandi yang terletak di bagian luar kamar berjejer tersebut untuk membersihkan diri di sana.

Dua puluh menit berlalu, ia sudah di atas ranjang dan memainkan ponselnya yang bisa dikatakan sudah ketinggalan jaman. Ia tidak masalah asal kan teman kerjanya masih bisa menelepon dan mengiriminya pesan.

Sesaat tidak ada berita penting di sana, ia berdoa dalam hati dalam waktu yang cepat, perempuan itu akhirnya tertidur.

***

Ia suka berkunjung ke klub malam tapi hanya melepas penat lewat alkohol. Tidak bermain dengan para penjaja tubuh di sana membuat para rekan kerjanya terkadang menatap heran Kaiser. Tidak ada yang kurang dari laki-laki itu. Bahkan semuanya terlihat justru berlebihan; kekayaan yang berlebih, sikap gentle yang tidak semua laki-laki punya, kepintaran di atas rata-rata bahkan visualnya pun mendukung. Namun jangan coba berani mendekat apabila ia diprovokasi.

"Whiskey can't make you drunk. Come on bro, try something else," Christian bergabung di meja yang sudah Kaiser pesan melalui Serene. "For example, playing with a bitch around here." Kaiser menatap nyalang temannya itu setelah ia selesai menegak habis minuman miliknya.

Bill tertawa pelan, "Kaiser will never do this."

Christian tertawa, "Oh! Aku lupa, Kaiser si anak Mami."

Olok-olokan dari kedua temannya itu akan terus berlanjut hingga Kaiser mau mengucapkan sesuatu meski hanya satu patah kata.

"Aku rasa kalian harus segera berhenti atau saham Perusahaan kalian akan segera turun." Noa Emeric ikut bergabung.

Laki-laki itu adalah tunangan Serene Awahita. Ia juga pemilik klub malam yang saat ini mereka kunjungi. Selain itu ada bisnis bawah yang dilakoninya, adalah salah satu tameng bagi Perusahaan Kaiser juga.

"Di sini banyak Omega juga Alpha, kau tidak ingin mendekati mereka?" Noa sudah duduk tepat di sebelah Kaiser.

Si bersangkutan menggelengkan kepalanya. Entah apa yang dipikirkannya. "Aku tidak akan berhubungan dengan yang bukan Mateku." katanya. Hal itu memancing tawa menggelegar tiga orang lainnya.


Tidak ada yang akan menyahut karena hal itu sudah diucapkan Kaiser berulang kali semenjak enam tahun lalu. Nyatanya Kaiser adalah bajingan setia yang kini menunggu sang jodoh datang.

***

📝 19 Okt 2023

LifelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang