Lifeline - 13

26 7 1
                                    

Nevya terbangun dengan terkejut saat menyadari dua lengan yang kuat memeluknya. Namun perempuan muda itu segera teringat peristiwa semalam dan paham kalau pemilik lengan itu adalah Kaiser.

Dia menajamkan penglihatannya secara perlahan dan tidak segera beranjak dari tempat tidur. Memandang wajah terlelap Kaiser membuatnya paham bahwa lelaki yang sudah bisa disebut dewasa di depannya ini sungguh memiliki wajah seperti pahatan Dewa.

Tergugu sebentar, rasanya memang seperti mimpi untuk bangun dan melihat lelaki itu tidur di sampingnya. Dia tidak pernah membayangkan adegan ini, bahkan ia baru sekali mendapati seorang Alpha yang Rut memanglah seperti seekor Serigala kelaparan yang sama sekali tidak bisa ditinggal. Ia juga sempat meraba tengkuknya, itu benar terdapat gigitan. Mereka adalah Mate.

Lama berselang Nevya memutuskan beranjak dan pergi ke kamarnya sendiri secara perlahan. Ia sempat melihat pakaian miliknya dan Kaiser berserakan di sekitaran lantai, memungut miliknya asal ia harus segera membersihkan diri dan bersiap untuk menghadapi laki-laki itu setelah ini.

Beberapa menit berselang setelah selesai dengan membersihkan diri, ia kelaparan. Menelepon Restoran Hotel untuk memesan makanan dua porsi, ia akan menunggu di kamar Kaiser juga melihat apakah laki-laki itu sudah pulih atau masih merasa panas. Yang pernah ia dengan dari teman, Rut para Alpha bisa berlangsung satu minggu atau paling cepat tiga hari itupun dengan keadaan bercinta setiap waktu untuk meredakan panas.

Sesaat membersihkan pakaian Kaiser yang berserakan, Nevya memilih duduk di sofa. Perempuan muda itu kembali terdiam dengan pemikiran yang sangat berkecamuk. Banyak hal yang terjadi dalam semalam, termasuk status dirinya. Mau tidak mau ia adalah pasangan sah dari seorang Alpha tetapi tidak ada ungkapan. Atau belum? Ia berharap setelah ini semuanya jelas sehingga ia tidak perlu menangis untuk hal seperti ini.

"Nnghhhh..." suara menggeliat tadi tempat tidur di belakang, Nevya menoleh. Kaiser mengerjapkan matanya beberapa kali. Laki-laki itu menajamkan penglihatan kala Nevya dengan sengaja berdeham keras.

"You here." suaranya berat, berserak dan itu membuat Nevya kaget. Ia terlena dan tidak menjawab.

Suara ribut di belakang punggungnya menandakan pasti bahwa Kaiser bergerak serampangan lalu siluet dan suara pintu tertutup, laki-laki itu sudah pasti membersihkan diri.

Apakah laki-laki itu sudah baikan?

Hanya semalam? Kenapa bisa?

Beberapa menit berselang, Kaiser keluar dari dalam kamar mandi menggunakkan satu set pakaian santai. Laki-laki itu mendekati Nevya yang masih duduk di sofa namun bedanya ada beberapa makanan di meja.

"Kau sudah baikan?" Nevya bertanya.

Kaiser menggaruk lehernya yang mungkin tidak gatal, "Masih panas ... sedikit."

"Ehhh! Apa kau tidak apa-apa?" Nevya yang tadinya sudah mengangguk dan akan sibuk dengan makanan, ia kembali menatap Kaiser dengan lekat.

Kaiser tersenyum tipis, "Aku baik. Terima kasih sem—" ucapannya terhenti kala ia melihat tengkuk Nevya yang memerah.

Berdiri dengan sigap lebih dekat ke arah Nevya, "Ap--Apa aku..." lidahnya bahkan kelu hanya sekedar melanjutkan tanya. Laki-laki itu seperti kehilangan separuh kekuatannya.

Nevya tersenyum simpul. Bagaimana ya, dia juga tidak tahu harus apa. Ia sangat berharap Kaiser tidak menyesali bahwa laki-laki itu menandainya. Ia benar-benar akan kesakitan secara hati terlebih lagi badan jika Kaiser menolaknya.

"Apa kau menyesalinya?" Nevya benar-benar bukan tipikal yang akan berbasa-basi. Tipe yang menerima segala sesuatunya dengan secara suka rela dan ia sendiri yang akan mengusahakan untuk selanjutnya. Ia sudah berulang kali ditolak jadi jika takdir sekali lagi melakukan ini kepadanya, ya sudah, memangnya ia harus bagaimana lagi?

LifelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang