doce : Nightmare of The Gods

1.5K 257 30
                                    

Dari arah timur sang mentari perlahan mulai menampakan dirinya, membuat langit yang semula gelap perlahan mulai terlihat terang diikuti sang mentari yang perlahan naik ke atas.

Walaupun begitu, suara gemuruh tetap terdengar menghiasi langit pagi. Belum lagi awan hitam yang masih setia menghiasi langit gelap yang perlahan mulai berganti biru.

"Aku bosan." Ujar demon bersurai jingga yang kini sudah duduk bersila di samping demon bersurai ungu yang masih setia berlutut dengan kepala tertunduk.

"Jisung, tetap waspada kita tidak tau apa yang akan terjadi." Tegur Jaemin saat melihat wajah santai milik demon bersurai jingga yang kini tengah menopang dagunya dengan tangan.

"Dia benar, bisa saja musuh tiba-tiba datang." Chenle ikut membuka suaranya, namun ia ikut mengambil posisi duduk dan menyandarkan punggungnya pada punggung lebar milik Jisung.

"Berapa lama lagi kita harus menunggu?" Yangyang yang sedari tadi hanya diam pun pada akhirnya ikut membuka suaranya. Ia mulai merasa bosan dan jenuh saat ini, belum lagi rasa kantuk yang perlahan mulai menyerangnya.

"Mungkin dia ketiduran?" Winwin tiba-tiba bercelutuk yang membuat semua mata disana bergerak ke arahnya.

"Hanya asal menebak?" Winwin kembali membuka suaranya sembari memasang cengiran kakunya, sepertinya ia berbicara diwaktu yang tidak tepat.

"Hhh...bisa jadi dia ketiduran, kalian tau sendiri seberapa malas demon brengsek ini." Jeno tiba-tiba membuka suaranya sembari mengendurkan pegangannya pada rantai emas miliknya. Sedangkan Winwin yang mendengarnya pun menganggukkan kepalanya semangat, membuat Yuta yang melihatnya mengulas senyum kecilnya.

"Arghhh aku bosan!!" Frustasi Chenle kemudian memejamkan kedua netranya, membiarkan tubuhnya terkulai begitu saja di punggung lebar milik sang serf.

"Chenle-ya jangan tidur disini." Tegur Jisung namun ia sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya, takut mengganggu sang monarch.

"Hyuck, cepat sadar kau tidak bosan apa?" Tanya Renjun dengan wajah polosnya yang mengundang helaan nafas Jeno, Jisung, dan Yangyang.

Baru saja mereka berencana untuk diam dan mengisi tenaga sejenak. Namun harus terhenti saat Jeno tiba-tiba menolehkan kepalanya dengan netra kuning keemasannya yang menajam.

"Jaemin!" Panggil Jeno saat mendapati rantai berwarna merah muda muncul dan melesat cepat ke arah dirinya dan Donghyuck.

Jaemin yang dipanggil pun membulatkan kedua netranya, dengan cepat dan lincah ia mengeluarkan pedangnya dan melompat ke arah belakang Jeno. Pedang panjang miliknya berhasil menghadang rantai merah muda yang mengarah tepat ke arah Jeno dan Donghyuck.

Merasa situasi tidak aman, Jisung dan Yuta segera memasang posisi siaganya dengan senjata mereka yang sudah siap untuk diayunkan. Sedangkan para monarch ikut mengedarkan netra mereka, mengawasi situasi sekitar.

"Wah wah, reflek kalian sangat cepat!" Puji Hendery yang tiba-tiba muncul dengan sang monarch yang berdiri di depannya.

"Demon aneh bajingan! Kenapa kau malah menyerang kami?!" Sewot Jeno pada Hendery yang tengah mengulas senyumnya.

"Sebenarnya bukan kalian sih targetku, tapi dia." Ujar Hendery sembari menunjuk Donghyuck yang masih belum sadar.

"Hm...aku sudah bilang belum ya? Sepertinya sih belum...kalau begitu aku beritau. Mau dia Khaos atau bukan, judulnya dia tetaplah wadah dari Khaos. Hanya ada satu yang menjadi terkuat di semesta, aku atau dia. Maka dari itu, aku harus memusnahkannya dan menjadi yang terkuat setelahnya! Seperti itu rencanaku." Jelas Hendery dengan nada riangnya yang membuat Jeno, Jaemin, Jisung menatap aneh sosok demon bersurai merah muda di depannya.

Monarch : Last Partie ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang