Alan POV.
Sampai di rumah gue masih kepikiran sama dia.
Tadi pas dia bilang kalau orang tuanya mau cerai otak gue rasanya langsung berhenti sebentar. Ternyata dia tipe cewek yang blak-blakan, bisa ngomong tentang itu ke gue yang notabenenya kita baru dekat beberapa hari ini. Apa karena orang tuanya mau cerai, jadinya dia sampai kabur dari rumah? Dan juga masalah dia sama gengnya Agnes.
Gue tahu dia dapat hukuman gara-gara berantem sama Agnes dan gengnya, karena kejadian itu cukup rame diomongin sama anak-anak. Tapi... kalau dipikir-pikir lagi, dia itu benaran jauh beda dari yang gue pikirin. Dari luar gue pikir dia cewek pendiam dan kalem, tapi ternyata... dia berani ngehadepin Agnes dan gengnya sendirian, bahkan sampai kabur dari rumah. Atau mungkin sebelumnya gue terlalu cepat menilai dia.
Oh ya, Auntie pasti tahu apa yang terjadi sama dia. Ah! Pesan dari auntie belum gue baca.
[ CHAT ]
Alan - Auntie[ Auntie ]
Lan!
Kamu lagi sibuk gak?[ Alan ]
Enggak
Kenapa?[ Auntie ]
Tumben, jawabnya cepet.
Biasanya baru besok dibalas.[ Alan ]
Jadi...
Ada apa?[ Auntie ]
Apa kamu sama El lumayan deket?[ Alan ]
Baru akhir-akhir ini aku lumayan deket sama dia.
Kenapa?[ Auntie ]
Enggak apa-apa sih.
Auntie cuman pengen tahu kabar El aja,
soalnya kalau tanya langsung ke orangnya auntie takut dikira terlalu kepo.
Gimana kabar El?
Dia baik-baik aja kan di sekolah?[ Alan ]
Bukannya auntie lebih duluan deket sama dia,
jadi harusnya auntie lebih tahu kan?[ Auntie ]
Iya sih,
tapi auntie cuman mau memastikan aja.[ Alan ]
Dia keliatannya pendiam,
jadi aku gak tahu dia begitu karena emang biasanya dia begitu
atau karena dia lagi murung.[ Auntie ]
Oh... oke.
Kalau ada apa-apa sama El kasih tahu auntie ya.
Dan auntie harap kamu bisa berteman sama El.[ Alan ]
OkeSebenarnya gue juga mau tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi sama dia. Tapi kayak yang dibilang auntie, gue juga takut dikira kepo, apalagi gue sama dia masih belum terlalu akrab banget.
Ada pesan masuk. Tapi bukan dari auntie. Kali ini dari grup chat tim basket.
Baron bahas tentang pertandingan persahabatan yang bakal diadain di tempat latihan basket tadi. Tapi kayaknya dia enggak anggap pertandingan itu dengan bersahabat, buktinya dia nyuruh atau lebih tepatnya mengancam anak-anak supaya jangan kalah di pertandingan nanti. Salah satu sifatnya yang terlalu berambisi ini yang bikin gue enggak suka sama dia. Punya ambisi sih oke, tapi berambisi sampai menekan orang-orang demi mencapai ambisinya itulah yang paling enggak gue suka.
Tapi yaa... karena dia kapten basket dan di mata pelatih dia yang terbaik. Gue bisa berbuat apa?
Haahh... mending gue mandi dulu sebelum tidur.
Habis menyegarkan diri gue balik ke kamar, dan gue kira gue lagi mengkhayal atau salah lihat. Karena ada kucing hitam di atas kasur. Tapi dari mana dia bisa masuk? Apa jendelanya kebuka ya?
"Akhirnya, kita bertemu."
Waktu gue mau periksa jendela tiba-tiba aja ada suara cewek. Apa itu suara dari luar?
"Di sini miauw."
Miauw?
Tunggu. Suaranya kayak dari dalam.
Gue automatis langsung nengok ke kucing barusan. Kucing itu cuman ngelihat ke arah gue. Dan enggak tahu kenapa gue merasa ada yang aneh sama ini kucing. Dia enggak kayak kucing biasa. Gue juga enggak suka cara dia ngelihatin gue kayak gitu.
"Hai, Alan. Akhirnya kita bertemu juga. Ah, mungkin lebih tepatnya akhirnya kamu bisa membiarkan aku untuk berbicara denganmu juga miauw."
Apa gue lagi melantur? Atau lagi mimpi? Kucing itu bisa ngomong?
"Kamu tidak sedang bermimpi miauw."
Benar-benar aneh. Apa karena gue terlalu capek ya?
"Perkenalkan namaku Black. Penjaga Lonelyland. Tolooong dicatat, ini bukan Wonderland atau Neverland." kata kucing hitam itu.
Sumpah ini aneh banget!
"Lonely apa? Lonelyland? Lo... maksud gue kamu... ah... kayaknya gue udah gila ngomong sama kucing."
"Miauw, walaupun kamu tidak dapat memercayaiku, tapi percayalah pada ucapku, kamu masih waras."
"Bukannya gue harus percaya sama... kamu, baru bisa percaya sama ucapan kamu juga?"
"Oooh... itu masuk akal miauw. Tapi kamu boleh bicara seperti biasa padaku miauw. Tidak perlu terlalu kaku."
"Ah... gue cuman merasa aneh aja buat sebut 'lo' ke... kamu. Kucing."
"Miauw... terserah kamu mau bicara seperti apa kepada aku, asalkan kamu masih dapat menjaga sopan santun dalam bertutur kata miauw."
Wah... sumpah aneh banget! Gue masih enggak percaya kalau sekarang ini gue lagi ngomong sama kucing. Rasanya aneh banget dilihatin sama kucing kayak gini. Gue enggak benci kucing, cuman gue enggak sangka bisa ada di situasi kayak gini. Oh ya, dan suara kucing ini... gimana gue jelasinnya ya? Suaranya kayak suara perempuan dewasa. Dan karena cara ngomongnya itu bikin gue merasa agak segan sama dia.
"Jadi... apa kamu memiliki pertanyaan miauw?" tanya kucing itu.
Pertanyaan? Harusnya sih ada, tapi gue enggak bisa mikir apa-apa sekarang.
"Mmm... boleh kamu turun dari situ? Gue mau tidur."
Setelah gue ngomong gitu, kucing itu diam aja. Apa gue salah ngomong ya? Dia enggak bakal tiba-tiba nyakar gue kan?
"Miauw." dia turun dari atas kasur terus duduk di lantai.
Dan gue pun baring di atas kasur. Tapi karena kucing itu menghadap ke arah gue akhirnya gue milih tidur menyamping membelakangi dia.
Gue coba tidur meskipun sekarang gue merasa lagi mimpi.
Selamat tidur, Alan. Masih ada hari esok di mana kamu akan mendapat jawaban dari semua pertanyaan yang kamu punya selama ini.
Suara kucing itu kayak ada di kepala gue. Terlalu banyak yang gue pikirin tapi tiba-tiba aja rasanya gue ngantuk berat.
===
Salam dari Black,
kepada para manusia ataupun para jiwa kesepian, silakan berikan vote atau tinggalkan jejak kalian jika kalian menyukai cerita ini🐾🐾🐈⬛
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonelyland
FantasyPernahkah kalian mendengar tentang Lonelyland? Mungkin banyak dari kalian belum pernah mendengarnya. Karena pulau ini hanya bisa dikunjungi oleh para jiwa yang kesepian. Jiwa yang benar-benar sangat kesepian sampai-sampai mereka ingin mengakhiri hid...