Author POV.
Pagi-pagi mamah Estelle datang ke rumah keluarga Alan, setelah kemarin malam ia mendapatkan alamat rumahnya dari bu Ismi.
Kedatangan mamah Estelle disambut oleh ibu Alan. Bu Ismi sudah terlebih dahulu pergi karena urusan pekerjaan.
Pertemuan pertama antara mamah Estelle dan ibu Alan diawali dengan ucapan permintaan maaf dari mamah Estelle.
"Saya benar-benar minta maaf karena anak saya sudah merepotkan ibu dan keluarga."
"Sama sekali tidak merepotkan kok, Bu." ucap ibu Alan.
Dibalik senyum ramah mamah Estelle kepada mamah Alan, Estelle dapat merasakan sekilas sorotan tajam dari mamah kepadanya.
"Kalau begitu, apa semuanya sudah siap? Biar sekalian saya antar..." mamah Estelle menghentikan ucapannya sembari melihat ke arah Alan.
"Alan. Nama saya Alan." ujar Alan yang sepertinya tahu mengapa mamah Estelle melihat ke arahnya.
"Iya, sekalian saya mengantar Alan juga ke sekolah. Saya tahu dari bu Ismi kalau Alan ternyata satu sekolah dengan Estelle." lanjut mamah Estelle.
"Oh, tidak perlu, Bu. Alan bisa naik angkutan umum saja." balas ibu Alan yang mungkin merasa tidak enak kepada mamah Estelle.
"Tidak apa-apa. Lagi pula mereka kan satu sekolah. Dan anggap saja ini balasan terima kasih dari saya karena anak saya sudah diizinkan untuk menginap semalam di sini."
Alan dan ibunya saling menatap, mereka seperti saling bertukar pikiran apakah benar tidak apa-apa untuk mereka menerima perbuatan baik dari mamah Estelle ini.
Dan akhirnya Alan pun menerima untuk ikut pergi ke sekolah bersama Estelle dan mamahnya. Estelle duduk di depan bersama mamahnya sementara Alan duduk di kursi belakang dengan kikuk.
Setelah cukup jauh mobil berjalan, mamah Estelle mulai bicara.
"Mamah lumayan kaget, melihat kamu sudah mempersiapkan diri buat pergi sekolah hari ini. Mamah kira kamu bakal bolos ke sekolah setelah kemarin buat kacau seisi rumah." meski mamah Estelle tidak bicara begitu keras namun siapa pun dapat merasakan ada kekesalan yang tersembunyi di dalam kata-katanya itu.
Dan Estelle, sebagai orang yang dituju dari kata-kata mamahnya itu pun menyadari jika mamah masih marah padanya.
"Masih ada hukuman yang harus aku jalanin. Dan aku enggak mau bikin masalah lain karena bolos." ujar Estelle dengan cuek sembari melihat keadaan di jalan.
Tiba-tiba ada panggilan masuk di ponsel mamah Estelle.
"Papah kamu telepon." ucap mamah Estelle setelah sekilas melihat layar ponselnya.
Mamah Estelle menaruh ponselnya di tempat ponsel yang ada di dashboard, lalu menjawab teleponnya dan menyalakan mode speaker.
"Bagaimana? Kamu sudah bertemu dengan El?" tanya papah.
"Iya sudah. Sekarang kita dalam perjalanan menuju sekolah." jawab mamah.
"Haah... aku masih tidak mengerti kenapa dia seperti ini. El tidak pernah berbuat onar sebelumnya, tapi kenapa-"
"Kita bicara lagi nanti di rumah. Aku sedang menyetir sekarang." mamah Estelle menghentikan ucapan papah Estelle.
"Baiklah."
Setelah mamah Estelle menutup teleponnya, dia melirik ke arah Alan melalui kaca spion tengah.
"Tadi siapa nama kamu...? Alan ya?" tanya mamah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonelyland
FantasiPernahkah kalian mendengar tentang Lonelyland? Mungkin banyak dari kalian belum pernah mendengarnya. Karena pulau ini hanya bisa dikunjungi oleh para jiwa yang kesepian. Jiwa yang benar-benar sangat kesepian sampai-sampai mereka ingin mengakhiri hid...