#07

783 128 67
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Sesuai apa kata Kyungsoo, lelaki itu mempersiapkan semuanya dengan cepat. Sehingga tak sampai menunggu esok hari, Jisoo sudah bisa melakukan aborsi sore ini.

Jisoo bersama Kyungsoo tiba di sebuah klinik kecil, setelah menempuh perjalanan cukup jauh karena berlokasi di kampung sebelah, bahkan untuk sampai di sana Jisoo dan Kyungsoo masih harus berjalan kaki menuju jalan setapak di bukit, klinik kecil itu tidak punya akses jalan yang bisa di lalui dengan mobil.

"Selamat datang..." Seorang wanita paruh baya, menyambut kedatangan mereka.

Jisoo hanya diam, menuruti apa kata wanita tersebut. Bahkan saat wanita paruh baya itu meminta mereka menunggu waktu sebentar, sebab dia akan mempersiapkan segalanya dengan cepat. Lalu menyusul ponsel Kyungsoo berdering, membuat lelaki itu menjauhkan diri sejenak dari Jisoo, segera mengangkat panggilan dari seseorang di kota.

Di tengah-tengah perasaan berdebar, seorang diri duduk di ruang tamu, menunggu wanita paruh baya yang dikenal ahli melakukan aborsi menyiapkan semua keperluan. Jisoo hanya diam saja, tak juga membuka mulut, menyembunyikan ketakutan.

"Untuk Bibi, dari ibuku, katanya agar tidak haus..." Segelas air dingin di sodorkan, dari anak kecil menggemaskan, berpipi gembul dan mata lebarnya, terlihat pandai menjamu tamu walau mungkin masih memasuki usia taman kanak-kanak.

Anak kecil itu tersenyum, kemudian duduk di lantai dan dihadapan Jisoo, segera anak kecil itu meraih kotak besar di dekatnya. Mengobrak-abrik isi, mengeluarkan semua mainannya, lantas melambaikan tangan, memberi isyarat kepada Jisoo untuk bermain bersama. Lalu dengan cepat mereka mulai akrab, bahkan anak kecil yang merupakan putri si wanita ahli aborsi itu Menggambar Jisoo bergandengan tangan bersama anak kecil berjenis perempuan, keduanya berdiri di tepi pantai menghadap matahari tenggelam. Gambar sederhana, masih belum sempurna seperti seorang pelukis.

"Ini untuk Bibi..." Anak kecil itu menyodorkan buku gambarnya.

Jisoo menerima dengan senang hati, menatap gambar itu lamat-lamat. Hingga panggilan Kyungsoo berakhir, menghampiri Jisoo dan si wanita ahli aborsi pun muncul untuk mengatakan bahwa semuanya sudah siap. Sebelum benar-benar pergi, Jisoo menyempatkan diri untuk menoleh menatap putri kecil anak dari si wanita ahli aborsi, anak itu tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya sebagai bentuk perpisahan.

"Ayo Jisoo..." Maka dengan berat hati Jisoo terus mengikuti langkah Kyungsoo yang menggandeng tangannya, membawa ke sebuah kamar. Begitu tiba, mata Jisoo tertuju pada kasur beralaskan underpand untuk menyerap darahnya dan tidak mengotori kasur, lalu ada sebaskom air hangat serta handuk, kemudian ada sebuah kain untuk membungkus janinnya.

Si wanita ahli aborsi menyodorkan segelas jamu herbal buatannya kepada Jisoo, "Diminum dulu, agar mudah mengeluarkan janinmu nanti," ucapnya.

Jisoo mengangguk patah-patah, ragu sekali mengambil keputusan, tetapi masih mengikuti instruksi si wanita ahli aborsi. Jisoo perlahan meneguk jamu.

My Heaven (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang