Epilog

1.1K 133 25
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Pada malam-malam di mana Jennie masih memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan Jisoo, di atas tempat tidur, saling berhadapan, beradu mata. Dan diantara malam-malam itu, ada satu momen yang masih membuat Jennie penasaran.

"Jisoo, kemarin saat kau tertidur, aku tidak sengaja melihatmu meneteskan air mata meski tidak banyak, hanya beberapa tetes. Apa kau bermimpi buruk?"

Tak langsung menjawab, tangan Jisoo justru bergerak membelai pucuk kepala Jennie.

"Kau bisa menceritakannya padaku, Jisoo!" Jennie mendesak, diselimuti rasa penasaran, kiranya mimpi apa yang berhasil mengguncang Jisoo hingga membuat sang Ibu menangis di tengah tidur lelapnya.

Jisoo mendekat pada Jennie, berbisik di dekat telinganya, "rahasia!"

"Ayolah, aku mohon!"

"Kau kenapa ingin tahu sekali, sih, Jennie?"

"Aku penasaran."

"Anak kecil tidak boleh tau."

"Yak, jawaban macam apa itu, aku bukan anak kecil, aku sudah dua puluh tujuh tahun, tau!" Jennie membalikkan badan, menghadap ke arah lain, tidak lagi beradu mata dengan Jisoo, dia merajuk saat di goda dengan panggilan anak kecil oleh Jisoo yang bahkan baru berusia tujuh belas tahun.

"Wah, Jennie. Kau sudah mau tidur rupanya, baiklah kalau begitu, aku juga sudah mengantuk sekali. Tidur saja."

"Good night..."

"Dia bahkan tidak mau membujukku?" Mengerutu Jennie, tangannya bergerak mematikan lampu utama, digantikan lampu tidur.

Saat Jennie sudah terlelap, Jisoo justru masih terjaga. Menatap punggung Jennie yang membelakangi dirinya. Jujur bukan bermaksud membuat si anak kesal dengan tidak menceritakan mimpinya, Jisoo hanya tidak mau berbagi mimpinya kepada siapapun, untuk yang satu ini biarkan hanya menjadi rahasia bagi dia seorang.

Mimpi yang mampu membuatnya meneteskan air mata di dalam tidur lelap, bukan mimpi buruk, melainkan mimpi yang sangat indah. Hingga pengaruh mimpi itu terhadap dirinya adalah keyakinan bahwasanya kebencian, ketakutan dan penyesalan hanyalah soal waktu. Tunggu dan lihat, semua akan kembali baik-baik saja.

Tubuh Jennie berbalik, kini menghadap kepadanya lagi, tetapi masih terpejam, tidur lelap. Jisoo menyelipkan Beberapa helai rambut Jennie Kebelakang telinga, senyuman Jisoo makin lebar.

"Aku yakin mimpi yang akhir-akhir ini terus terulang itu suatu hari nanti akan terwujud, semua hubungan yang sempat terputus akan kembali membaik."

"Berkatmu, Jennie."

"Terimakasih karena sudah lahir sebagai putriku."

Rasa kantuk berat membuat Jisoo segera jatuh tertidur, memejamkan mata rapat, menyusul Jennie yang lebih dulu terlelap. Di tengah tidur nyenyaknya itu, Jisoo tersenyum kecil, sebab mimpi-mimpi indah itu kembali datang padanya. Bahkan kali ini, tergambar lebih jelas lagi.

My Heaven (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang