#15

922 152 93
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Begitu kabar itu disampaikan kepada keluarga Kim, dari Rose dan Lisa yang bertamu pukul tiga dini hari. Respon tuan Minjae menolak mentah-mentah untuk menjenguk putrinya, dia berkomentar.

"Sejak dia memilih angkat kaki dari rumah demi mempertahankan anak di dalam kandungannya itu, dia sudah bukan putriku lagi, dia bukan anggota keluarga kami." Bahkan untuk menyebut nama Jisoo, tuan Minjae tak sudi, si bungsu terlalu mengecewakan dirinya, mencoreng nama baiknya sebagai orang terhormat.

Tuan Minjae menambahkan, "bagiku Kim Jisoo sudah lama mati."

"Appa, bagaimana bisa kau sekejam itu kepada adikku." Irene maju beberapa langkah, hingga bisa saling berhadapan dengan sang ayah, dia protes.

Apapun yang telah terjadi. Irene tetap membela Jisoo, menjadi garda terdepan untuk adiknya yang sedang kesulitan. Dia bahkan memohon kepada sang ayah untuk melunak dan datang menjenguk Jisoo.

"Tidak, tetap tidak Irene."

"Mengapa kau sangat membelahnya, tidakkah kau marah kepadanya, sebab karena dia kau kehilangan anakmu."

Irene mengeleng dalam linangan air mata, mengingat momen paling menyakitkan. "Itu bukan salah Jisoo. Semua yang terjadi padaku murni kecelakaan mobil, dan sudah takdirku."

Beralih kepada sang ibu, Irene menggenggam tangan wanita yang telah melahirkannya. Irene tahu dengan pasti bahwa sorot mata yang memerah menahan tangis itu juga sangat ingin melihat kondisi Jisoo, tetapi larangan ayah membuat Ibunya tak bisa berkutik.

"Eomma, mengapa kau diam saja. Apa kau juga tidak mengkhawatirkan kondisi putri bungsumu?" Pertanyaan Irene tak mendapat respon. Membuatnya meradang. Irene menghapus air mata, mengepalkan tangan.

"Baiklah jika kalian tidak ingin menjenguk adikku, biar aku sendiri saja!" pungkasnya.

"Jangan coba-coba, sekali kau melangkah meninggalkan rumah, maka nasibmu pun sama seperti dia." Tuan Kim Minjae memberi ancaman. Namun Irene tidak terpengaruh, keputusannya sudah bulat. Dia tidak bisa mengabaikan Jisoo yang sedang sekarat, adiknya itu sekarang sangat membutuhkan keluarga di sisinya.

"Appa tidak bisa menghentikanku, aku akan tetap pergi."

Irene melangkah mendekat pada Suho, menarik tangan sang suami untuk mengikutinya. Lalu keduanya di temani Rose dan Lisa yang sejak tadi hanya menyimak pertikaian keluarga Jisoo, pergi melangkah meninggalkan kediaman Kim menuju rumah sakit.

Tersisa tuan Kim Minjae dengan nyonya Jiah. "Yeobo, mengapa kau kejam sekali?"

"Jika kau berniat mengikuti mereka, aku tidak segan-segan menghancurkan Jisoo, anaknya dan Irene. Bahkan aku benar-benar akan mencoret keluarga Irene dari hak waris."

My Heaven (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang